Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nadine El-Bedair, Feminis-Liberal Arab Saudi

21 Maret 2010   21:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_99284" align="alignleft" width="225" caption="Nadine el-Bedair"][/caption] Nadine el-Bedair, Penulis Liberal Arab Saudi.

 

Menepati janji kepada Kompasianer Cupi Valhallo yang sempat menulis tentang kehidupan Princess, bahwa saya akan tulis mengenai penulis liberal perempaun Arab Saudi.

 

Memang selama ini kita mendengar dan mengenal Saudi Arab selalu dengan fundamentalisme, Wahabi, jenggot, pakai celana cinkrang, pakai cadar bagi wanita, dsb. Jarang sekali kita mendengar ada pemikiran liberal dari negeri kaya minyak tersebut, lebih-lebih penulis perempuan.

 

Arab Saudi ternyata melahirkan seorang penulis liberal-feminis yang bernama Nadine el-Bedair. Lahir pada 4 Oktober 1978, dari pasangan pengusaha Saudi Sulaiman El-Bedair dan Nabilah Nazir. Saat ini Nadine menetap di Dubai.

 

Mulai menulis di Koran Saudi, 'Okaz', kemudian di majalah 'al-Majallah', dan surat kabar 'al-Wathan'. Kemudian bekerja sebagai pembawa program 'al-musawat' (kesetaraan) di TV al-Hurrah (Freedom). Menulis artikel di berbagai surat kabar Arab dan mempunyai perhatian pada liberalisme, politik dan perempuan di dunia Arab serta tantangan yang dihadapi mereka dan perlakuan tidak adil terhadap wanita di negara-negara Timur Tengah.

 

Nadine juga menyerang kaum liberalis Arab karena tidak konsisten dengan liberalisme itu sendiri, (kritikannya kepada kaum liberalis Arab laki-laki yang tidak menerapkan sistem pemikiran yang dianutnya) seperti setia pada satu pasangan, memberikan kebebasan kepada wanita untuk bergaul dengan dunia luar, sebagaimana dia juga mengkritik wanita Arab liberal yang tidak menerapkan pandangannya dalam kehidupan nyata.

 

Kehebohan yang ditimbulkan Nadine adalah ketika dia menulis artikel di surat kabar 'al-Masry al-Youm' pada akhir Desember 2009 lalu yang berjudul 'Saya dan Suami-Suami Saya yang Empat'.(Menyindir praktek poligami bagi laki-laki yang membolehkan beristeri empat), yang memberikan kritikan praktik tidak adil terhadap para wanita dalam rumah tangga.

 

Karuan saja artikel tersebut menyulut polemik dan sanggahan dari para 'maskulin', bahkan Nadine serta pimred surat kabar tersebut diancam untuk diajukan ke pengadilan dengan tuduhan menyebarkan kekejian dan mendukung perbuatan maksiat. Tapi Nadine tetap geming terhadap semuanya. Dia menkampanyekan lelaki setia pada satu pasangan. Bagi yang berpoligami pantas untuk dijebloskan ke penjara, karena merupakan praktek atau mempraktekkan perbudakan demi memuaskan nafsu seksualnya. Bahkan bukan sampai disitu pandangan Nadine. Lebih jauh dia mengatakan bahwa perempuan sebenarnya yang memerlukan (poligami/poliandri), karena pada hakikatnya wanita adalah makhluk manja. Oleh karena itu perempuan lebih berhak bersuami empat sehingga dia mendapatkan pelabuhan untuk  bermanja-manja kepada suami yang banyak itu.

 

Nah luh….!!!

 

Komentar Saya:

 

Terima kasih saya ucapkan atas semua tanggapan dan masukan yang diberikan oleh Kompasianer mengenai tulisan diatas. Insya Allah nanti saya komentari, karena belum sempat, jadi tulis di sini dulu.

 

Membaca apa yang saya tulis mengenai Nadine tersebut (dia seorang wanita Muslimah dan dilahirkan dari keluarga Muslim dari Arab Saudi) harus dipahami bahwa sebenarnya Nadine sedang melakukan dekontruksi atas tradisi yang kuat di tanah airnya. (Ingat, sangat berbdea antara budaya dengan ajaran agama. Sheikh Al-Azhar yang abru meninggal, Prof. Dr. Sheikh Mohamad Sayed Thantawi juga mengatakan bahwa cadar itu 'adat', bukana agama...!!!). Jadi membaca pemikiran yang dilontarkan oleh nadine harus dilihat sisi substansinya. Jangan membaca secara literal, pasti akan tersesat seperti yang banyak ditanggapi. Seperti soal, poliandry jangan dianggap Nadine ingin melakukan poliandri. Tapi ini adalah gugatan Nadine atas praktek poligami yang tidak manusiawi. Dia berontak dengan mengatakan bahwa kalau nafsu birahi diakomodasi oleh agama, kenapa kasih sayang (dia ungkapkan dengan kata 'manja-manja') tidak diakomodasi oleh agama. Padahal alasan 'pliandry dengan 'manja-manja' lebih rasional, begitu kira-kira alasannya. Saya melihat bahwa Nadine sangat memahami soal permasalah kesetaraan gender yang tidak jalan di negerinya dan oleh karena itu dia melakukan genderang pemberontakan dan dekontruksi.

Dia juga mengkritik sikap laki-laki liberalis Arab yng mendua, liberal tapi masih suka pligami, dsb. Jadi nadine sebenarnya memperjuangkan setia pada satu pasangan. Bravo....

 

Terima kasih

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun