Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Lain Persoalan TKW...!!! (2)

16 Maret 2010   18:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_95328" align="aligncenter" width="300" caption="BMI/TKW Hong Kong dengan Tuntutan Mereka (Goggle)"][/caption] Kalau sebelumnya saya tuliskan mengenai persoalan antara BMI/TKW dengan suaminya, kali ini saya ingin share persoalan dengan majikan, agent dan PJTKI. Seperti banyak dikatahui bahwa TKW/BMI sering dijadikan sapi perah oleh berbagai pihak, banyak benarnya. Sejak dari kampung, sudah diiming-imingi dengan janji 'surga' dan muluk agar mau bekerja melalui PTTKI tertentu. Sang makelar bila berhasil merayu 'mangsanya', dia senang karena dapat komisi dan duit dari PJTKI tadi. Proses penderitaan selanjutnya adalah di penampungan PJTKI sebelum diberangkatkan. Macam-macam pungutan sudah mulai diberlakukan. Mulai dari yang kecil, makan, minum di penampungan, beaya tetek bengek, pembuatan paspor, beaya pelatihan bahasa, dan berbagai beaya teteng bengek lainnya. Mayoritas calon BMI/TKI adalah modal dengkul. Mulai disitu ada deal pinjem dulu dari PJTKI nanti dibayar dengan potong gaji. Proses nestapa berikutnya, masih terus berlangsung, belum selesai. Setelah deal dan hitung-hitungan hutang, PJTKI juga bermain dengan 'agent' di negara asal (Hong kong, misalnya) untuk bargaining dan loby bahwa BMI tadi dibayar 'underpayed' (gak penuh) sebagaimana nilai gaji BMI resmi yaitu sebesar kl. HK $ 3580. Underpayed biasanya dibayar antara HK $ 2500- HK $ 2750. Lho selisihnya kemana?? Kongkalingkong antara agent dengan PJTKI dan majikan, untuk mereka. BMI tetap saja jadi sapi perah. Proses nestapa selanjutnya, hutang dengan PJTKI tadi dibayar dari gaji bulanannya (sudah underpayed, dipotong bayar hutang lagi) yang rata-rata antara 5 s/d 7 bulan, bahkan ada yang sampai 10 bulan. Selama masa itu, BMI hanya jadi 'rodi' dan kerja paksa seperti budak atau penghisapan manusia atas manusia, hanya untuk membayar hutang yang sudah deal sejak di penampungan PJTKI. Proses nestapa selanjutnya (kok banyak banget sih...) ketika bayar hutang sudah mau impas (beberapa bulan tadi), kongkalingkong antara majikan dan agent agar BMI tadi di'terminite' (pecat), sehingga BMI gigit jari, kerja sekian bulan hanya buat bayar hutang dan rodi. Proses nesta berikutnya, kongkalingkong lagi antara agent dengan BMI, kalau mau kerja lagi yaaaa...bayar lagi untuk beberapa bulan lagi dan underpayed lagi. (Walah....). bisa-bisa sekian tahun hanya untuk kerja rodi dan budak dari sistem kapitalisme penghisep darah 'agent' dengan kongkalingkongnya serta sindikatnya. Demikian kurang lebih penderitaan yang mereka alami, walau banyak juga yang bernasib baik, namun tidak sedikit juga yang bernasib seperti yang saya ceritakan diatas.... Kasihan.....kapan ada yang memperjuangkan nasib BMI/TKW.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun