Mengharap banyak soal kisruh Kurikulum 2013 pada sosok pendidik dan pemikir pendidikan seperti Anies Baswedan seharusnya tidaklah berlarut-larut. Apalagi pengalaman beliau mengelola "Indonesia Mengajar' tentu saja banyak masukan dari para relawan dalam mengajar para siswa termasuk yang di pelosok dan daerah terpencil. Artinya sesuatu yang mudah bagi beliau untuk memutuskan masalah ini.
Persoalan Kurikulum 2013 yang penerapannya kurang sosialisasi oleh Menteri Pendidikan sebelumya M. Nuh tentu menyisakan banyak PR bagi Menteri sekarang. Para stakeholder tentu menunggu ketegasan Pak Menteri yang baru untuk segera memutuskan hal tersebut. Walau para stakeholder menginginkan agar kurikulum dikembalikan lagi ke kurikulum KTSP 2006 sebelumnya.
Namun, Kompas edisi Senin 17/11 sangat disayangkan pernyataan Menteri dalam sidaknya ke beberapa sekolah di Depok tidak mencerminkan hal tersebut. Kompas menulis, "Anies berpendapat, solusi yang diambil jangan hanya nyaman untuk guru, tetapi juga nyaman untuk siswa. Hal-hal positif di K-13, seperti mengajak siswa dan guru agar lebih kreatif dan inovatif, patut dipertahankan. Kekayaan metode pengajaran secara kreatif untuk guru harus ditambah . Namun, hal yang memberatkan, seperti cara penilaian, patut dievaluasi". (17/11).
Dari pernyataan diatas kelihatan sekali jika Pak Menteri masih gamang dan ngambang soal K-13 ini. Kita tentunya dan para stakeholder mengharapkan agar Pak Menteri segera meutuskan lebih cepat untuk menyetop penggunaan K-13. K-13 itu dilakukan evaluasi - setelah dua tahun diterapkan - dan jika ingin diterapkan di masa yang akan datang sudah lebih matang dan sudah tersosialisasi lebih lama dan lebih baik lagi. Itu saja...
salam damai,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H