Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Gerimis yang Menebal itu

8 Januari 2025   07:57 Diperbarui: 8 Januari 2025   07:57 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

suatu ketika ada serombongan gerimis menuju desa
mereka tipis pada mulanya, lalu menebal
persis sebelum tiba di perbatasan

melihat para petani yang riang menyambutnya,
engkau, angin, berbisik muram kepadaku,
"percuma, ini bukan hujan dari musim yang mereka tunggu..."

engkau lalu berfilsafat tentang tanda-tanda
yang tak selalu menjadi peristiwa
tentang asal mula kata-kata:
suka, bahagia, duka, nestapa, harapan, dan kecewa
yang bermula dari hulu yang sama: tiada

engkau lantas berbagi nasihat purba
tentang adab seorang kelana
yang sebaiknya tak bicara apa-apa
tentang perkara yang tak ada jalan keluarnya

aku tak tahu mengapa kau bicara begitu
aku tak tahu adakah kau kelana bagiku

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun