Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Gonjang-Ganjing

16 September 2024   20:40 Diperbarui: 16 September 2024   21:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Serasa sudah lama kita mendengar kata gonjang-ganjing. "Gonjang ganjing gonggongan anjing," celoteh Iwan Fals dalam lagunya, 17 Juli 1996. "Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap," seru para dalang entah sejak kapan. Bagi yang senang mempelajari sejarah dan sempat membaca Serat Centini akan menemukan "lir kalindhon bumi gonjang-ganjing"; "gonjang-gonjing jumthot lir glap ngampar  galare"; atau "samya gndhing gonjang-ganjing."

Ya, gonjang-ganjing adalah suatu ungkapan dalam bahasa Jawa. Pada satu kamus Jawa-Belanda, gonjang-ganjing diartikan sebagai wiegelen (bergoyang) atau schommelen (berayun) (Pigeaud, 1938). Pada kamus Jawa-Indonesia kata itu diartikan sebagai goyang; selalu bergerak-gerak (Nardiati dkk, 1993).

Serasa sudah lama orang yang pernah bersentuhan dengan Jawa mendengar kata gonjang-ganjing. Akan tetapi, sebagai anggota bahasa Indonesia, usianya belumlah lama. Ketika Klinkert (1902) mencantumkan kata-kata Jawa -- seperti awet, babad, baboe, badjing, batjin, bareng, batok, berandal, gosong, tabok, tameng, tawon, terawang, dan banyak kata lain -- gonjang-ganjing tidak diikutkan. Ketika Poerwadarminta (1954) menyertakan banyak kata Jawa -- seperti babon, babut, berangasan, dengkul, djadjal, gondol, gotri, dan lain-lain -- dalam kamus disusunnya, gonjang-ganjing tidak disertakan. Bahkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008 -- lebih dari 10 tahun semenjak lagu  17 Juli 1996 didendangkan -- gonjang-ganjing pun belum ada. Barulah pada KBBI pada versi yang lebih baru gonjang-ganjing diberi tempat.

Tak sekadar bergoyang atau berayun, di rumah barunya gonjang-ganjing diberi makna yang lebih garang: berguncang-guncang keras. Ini suatu makna yang sepertinya lebih sesuai dengan "bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap," yang dilantangkan para dalang sesaat sebelum memasuki babak gara-gara dalam pertunjukan wayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun