Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperti Hujan yang Membakar

11 Oktober 2021   13:01 Diperbarui: 11 Oktober 2021   13:04 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Didengarnya suara hujan menghantam atap
seperti api yang membakar kertas.
Kertas bertuliskan surat-surat cintanya
kepada sepenggal sejarah yang
memilih pergi bersama angin
dan retaknya perasaan.

"Apakah sejarah itu pernah bernama aku?"
bisik seorang perempuan yang
terbuat dari hari ini.
Ia tak pernah merasa cukup jelita
bagi sebuah percakapan sore
di beranda rumah yang hangat

Sang lelaki masih mendengarkan hujan
sembari dirangkulnya hari ini ia berucap,
"tetaplah bersamaku,"
dan tak bicara apa-apa lagi setelah itu.
Ia tahu hujan akan segera berhenti
tapi api akan terus membakar pikirannya.
baginya tak pernah ada abu pada masa lalu

Setiap orang pernah menjadi budak
bagi ketakberdayaannya
beberapa orang bahkan selamanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun