Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Kita Merasa Lapar?

1 Oktober 2020   17:30 Diperbarui: 1 Oktober 2020   19:44 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lapar, sebuah kata sederhana yang bagi sebagian orang juga membawa kepada aksi yang sederhana pula: membuka lemari penyimpanan makanan, lalu mencari sebungkus mi instan. Tetapi, proses tubuh kita merasakan lapar tidaklah sederhana.

Lapar adalah keadaan merasa kekurangan energi. Kita tidak pernah merasa lapar karena kekurangan vitamin atau mineral. Lalu, organ tubuh sebelah mana yang merasa kekurangan energi itu? Apa lagi kalau bukan otak. Otak kita ini sangatlah protektif. Takut betul kita kekurangan energi. Ini alasan mengapa orang cenderung suka makan, dan akhirnya kegemukan.

Bagaimana otak mendapatkan informasi bahwa tubuh kekurangan energi? Dalam keadaan kosong perut kita menghasilkan hormon yang namanya ghrelin. Hormon ini dibawa oleh darah sehingga menyentuh hipotalamus, area otak yang bertugas mengontrol nafsu makan. Ghrelin adalah sinyal bagi hipotalamus bahwa tubuh perlu makan. Itu dalam keadaan normal.

Akan tetapi, ternyata ghrelin juga bisa diproduksi secara berlebihan dalam keadaan tertentu sehingga kita tetap mencari makanan walaupun sebetulnya tubuh tidak sedang memerlukan energi.

Di dalam darah orang yang mengalami obesitas misalnya, dijumpai hormon ghrelin yang lebih banyak daripada orang normal. Orang yang kurang tidur juga cenderung memiliki hormon ghrelin yang lebih banyak sehingga sering merasa lapar.

Ghrelin juga dapat diproduksi oleh hipotalamus sendiri. Misalkan kita mencium aroma makanan yang menurut pengalaman masa lalu kita lezat, maka hipotalamus menghasilkan ghrelin dan kita merasa ingin makan, walau tidak sedang memerlukan energi.

Kadar ghrelin juga meningkat setelah diet, yang mungkin menjelaskan mengapa penurunan berat badan yang dipicu oleh diet sulit dipertahankan. Jam biologis juga memicu tubuh menghasilkan ghrelin. Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, masih ada sejumlah faktor lain yang menyebabkan tubuh menghasilkan ghrelin.

'Musuh' ghrelin adalah hormon leptin. Ini adalah hormon yang memberi sinyal kepada hipotalamus bahwa tubuh sudah memiliki energi yang cukup. Tak perlu lagi makan. Akan tetapi, terlalu banyak leptin dalam darah juga tidak baik.

Kita dapat mengalami resistensi leptin: leptin tidak bekerja dengan baik. Akibatnya sinyal kenyang tiak diterima dengan baik da hasilnya kita mengalami obesitas. Penyebab resistensi leptin masih belum diketahui, tetapi tampaknya keadaan stress memberikan sumbangsih yang signifikan.

Tubuh kita sesungguhnya telah dipersiapkan untuk menjalani periode lapar-kenyang dengan sangat baik. Cara terbaik untuk mempertahankannya adalah dengan menahan diri. Itulah inti dari pergulatan kehidupan. Di dalam kitab suci disebutkan: janganlah melampaui batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun