Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Embun di Suatu Pagi

25 September 2020   14:47 Diperbarui: 25 September 2020   14:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lelaki purba itu menatap janggal
kepada pagi yang masih kedinginan
"embun sekarang, tak macam dulu
artifisial dan tak sabar."

tapi ia hanya bergumam dalam hati
tak ingin diusiknya harmoni pagi
dengan gerutu atau keluhan
yang boleh jadi ketinggalan zaman

atau ia hanya malas berdebat
bila nanti ada yang menyanggahnya:
"di sebelah mana artifisalnya
di sisi mana tak sabarnya?"

toh, ia hanya punya kenangan memburam
yang tak bisa sempurna dikisahkan
dan beberapa album hitam putih
yang tak fasih menggambarkan

lelaki purba itu menggosokkan kedua tangan
berharap agar pagi terhangatkan
tak disadarinya ribuan embun menggelinjang
ingin segera menguap menjadi udara

tetapi pada rerimbunan daun jambu
ada satu embun yang meringkuk malu-malu
lelaki itu menghampiri dengan haru:
"apakah kau embun dari masa laluku?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun