Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Akankah Kau dengarkan Kisahku?

7 September 2020   12:14 Diperbarui: 7 September 2020   12:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebuah Prosa Lirik

Jika hanya ada satu orang yang sudi mendengarkan kisahku, asalkan itu engkau, maka aku bahagia. Aku sanggup untuk mengabaikan dan diabaikan oleh siapapun. Tapi tidak engkau. Sungguh aku berharap, aku kaudengarkan.

Aku buruk rupa, tak jelas dari kampung mana. Tak banyak yang kuingat dari masa kanak-kanak. Ibu-bapak entah siapa. Akupun tak tahu berapa usia. Ada samar menggenang dalam ingatan, dulu aku indah rupawan. Ada samar terbayangkan, dulu pernah aku tinggal di istana yang nyaman. Entah kapan. Yang kuingat, lama sudah aku berjalan dari satu kampung ke kampung lain, dari satu negeri ke negeri lain. Tak sekali dua aku disangka gila. Rambutku kusut panjang. Pakaianku koyak, lusuh dan kusam. Sering aku makan sisa makanan. Di atas pokok yang besar aku bermalam.

Kusapa setiap orang di manapun sahaja: "sudikah tuan mendengarkan saya? sudikah puan mendengarkan saya?" Dalam hati aku berharap orang itu engkau adanya. Hendak kusampaikan satu kisah yang telah kusimpan lama. Apa hendak dikata, semua orang menggelengkan kepala:  menjauh dan menatap penuh syak wasangka. Sebagian lagi menengkingku tiada kira. Tapi aku percaya, tak akan engkau begitu. Maka, selalu kumulai hari dengan harapan baru. Siapalah tahu ini hari baikku, berjumpa denganmu.

Jika hanya ada satu orang yang sudi mendengarkan kisahku, asalkan itu engkau, maka aku bahagia. Oleh karenanya, adalah engkau untukku. Apabila kau dengar kabar yang dibawa angin, tentang lelaki buruk rupa yang menyapa setiap orang yang dijumpainya, maka itulah aku. Aku mencarimu. Aku mencari bahagiaku. Dan kujanjikan satu kisah bahagia untukmu.

Kalaulah orang tahu, apa yang hendak kukisahkan untukmu, apa yang akan kuhadiahkan kepadamu, tentulah mereka akan mengaku sebagai dirimu. Tapi tidak, tak akan kukisahkan. Aku hanya akan terus berjalan menyapa setiap orang: "sudikah tuan mendengarkan saya? sudikah puan mendengarkan saya?" Setiap yang menggelengkan kepala, maka bukanlah engkau adanya.

Aku percaya setiap orang berhak bahagia. Setiap orang pasti bahagia jika ia sungguh menginginkannya. Akupun begitu pula. Berjumpa denganmu adalah bahagiaku. Kau dengarkan kisahku adalah bahagiaku. Sebab aku, aku, nuranimu. Kubawakan peta menuju intan permata untukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun