Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaikan Sayur Tanpa Garam

28 Agustus 2020   05:05 Diperbarui: 28 Agustus 2020   05:18 3139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pepatah tua mengatakan, "bagaikan sayur tanpa garam," untuk menggambarkan satu kondisi yang tak ideal. Satu kondisi yang kehilangan elemen pentingnya.

Pepatah itu menggambarkan pentingnya garam. Solnitsata, masuk wilayah Bulgaria sekarang, adalah kota paling tua di Eropa. Kota ini dibangun dekat fasilitas produksi garam dan menjadi kota yang makmur karena memasok garam ke seluruh wilayah Balkan.

Pada masa awal Republik Romawi, jalan dibangun untuk memudahkan transportasi garam ke ibu kota. Di antaranya adalah Via Salaria yang mengarah dari Roma ke Laut Adriatik, sumber garam.

Kata 'garam' (salt) berasal dari Bahasa Yunani 'salarium', ialah tunjangan yang diberikan kepada tentara Romawi untuk membeli garam. Kata 'salad' juga berasal dari 'garam'. Istilah ini bermula ketika orang Romawi mengasinkan sayuran dengan garam.

Ada banyak kota yang tumbuh dan menjadi besar karena garam. Di antaranya adalah Liverpool di Inggris, dan Munich di Jerman.

Ada banyak pula perang yang terjadi karena dipicu oleh atau melibatkan garam. Di antaranya invasi Jerman ke Polandia, perang Venesia, Revolusi Amerika dan perang kemerdekaan India.

Ya, kita adalah makhluk yang mencintai garam. Tak cuma kita sebenarnya. Hewan juga menyukai garam. Tak jelas kapan awal mula kita menambahkan garam ke dalam makanan. Yang pasti, sudah lebih dari 19.000 tahun yang lalu.

Sekarang, kita mudah sekali mendapatkan garam dengan harga murah. Di masa lalu, garam pernah begitu langka dan menjadi sangat berharga. Pernah terjadi nilai garam setara dengan nilai emas.

Bahkan bagi Cassiodorus (sekitar 485 -- 585 M), seorang senator Romawi, garam lebih penting daripada emas. Ia mengatakan, "Sebagian orang tidak memerlukan emas, tapi tak seorangpun dapat hidup tanpa garam."

Selain sebagai pemberi rasa, garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan. Boleh dikata semua suku bangsa di dunia mengenal cara mengawetkan makanan dengan garam. Pengawetan irisan daging dengan merendam di dalam larutan garam telah dikenal sejak tahun 1400.  Di Indonesia kita mengenal bekasam atau pakasam, tempoyak, dan telur asin.

Garam juga kita kenal sebagai wahana untuk fortifikasi Iodium. Penyakit gondok telah diketahui terjadi karena kekurangan Iodium sejak abad 4 di China.  Orang pertama yang menyarankan fortifikasi garam dengan Iodium adalah Jean Baptiste Boussingault, seorang ahli kimia Perancis yang lama tinggal di Kolombia, Amerika Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun