Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Serenada

24 Agustus 2020   07:13 Diperbarui: 24 Agustus 2020   07:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki itu tengah berfilsafat tentang menerima dan memaafkan
ketika perempuan yang berkali-kali mengkhianati
mengirim satu pesan yang menggetarkan: "Aku rindu."

Ia lalu memeriksa hatinya dengan hati-hati.
Sesungguhnya, ia telah memaafkan dan berazam
bahwa ia akan terus mencintai
siapa pun yang pernah ia cintai.
Tapi ia tak pernah punya rindu. Tak pernah.
Baginya, rindu itu adalah jerat
sementara cinta itu membebaskan.

Ia lalu mengirim pesan balasan:
"Datanglah, kapan kau mau.
Seperti kau bisa pergi kapan kau mau."

Di seberang, sang perempuan lara hatinya.
"Sungguh aku tak pernah ingin pergi.
Aku hanya ingin kau menahanku. Menjeratku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun