Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biar Sebentar, Asalkan Abadi

22 Agustus 2020   10:55 Diperbarui: 22 Agustus 2020   10:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

hujan pada petang itu mengembunkan waktu
ingatan yang tak sempurna menderaku

ragu-ragu, aku menyapa seorang perempuan
ia duduk di bangku taman
dalam dekapan mantel yang kedodoran
"apa kita pernah saling jatuh cinta?"

perempuan itu sedikit mendongakkan kepala
parasnya yang basah oleh hujan
semakin mengekalkanku kepada yang silam
"ya, aku tengah menunggu lelakiku
tapi tuan siapa?"

kukisahkan kepadanya tentang suatu ketika
pada masa yang banyak orang melupakannya
seorang perempuan duduk di bawah hujan seperti ini
menanti lelakinya kembali
dari perjalanan yang tak ia pahami

lelaki itu tak pernah kembali
setidak-tidaknya di taman ini

"aku masih lampu taman ketika itu," ujarku
sang perempuan tersipu, seperti teringat sesuatu

"aku pokok melati di pojok itu
cahaya tuan membuat terang kelopakku
kemarin semesta menitahkanku
menjadi perempuan itu..."

hmm, kemarin pula alam mengubahku
menjadi lelaki yang ia tunggu

"agar di taman ini
selalu ada cinta sejati
biar sebentar, asalkan abadi"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun