Saya akan mencoba menulis sebisa mungkin tentang apa yang selama ini selalu saya pikirkan. Saya memang tidak sebagus teman-teman kompasiana ini dalam hal menulis. Mendukung tidak berarti memilih, judul artikel ini pernah saya buat sebagai kicauan di akun twitter saya. Kicauan ini saya buat saat menjelang pemilihan Presiden di bulan April 2019 kemarin.
Kicauan ini saya buat karena saya melihat adanya tarik ulur dukungan antara institusi yang sama terhadapa kedua calon presiden pada Pilpres 2019. Ada yang mengatasnamakan Alumni UI mendukung Jokowi, ada juga Alumni UI yang menyatakan dukungan pada Prabowo. Dan institusi-institusi yang lain juga demikian. Padahal di alam demokrasi Mendukung itu tidak berarti anda akan Memilih orang tersebut.
Di alam demokrasi Mendukung artinya adalah anda memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk berbicara atas apa yang akan dilakukannya bila kelak terpilih pada pemilihan, baik itu saat Pilpres maupun Pilkada. Kita ambil contoh untuk Pilpres 2019 kemarin, saat Alumni UI mendukung Jokowi, itu artinya Civitas akademi UI memberikan legalitas kepada Jokowi untuk berbicara di depan para Mahasiswa ataupun Alumni UI dalam menyampaikan visi misinya bila kelak terpilih sebagai Presiden. Seharusnya dukungan ini dilakukan secara bersamaan kepada pesaingnya Prabowo.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, para Alumni akhirnya terpecah dan mencoba menunjukkan kuantitas jumlah yang akan memilih masing-masing calon tersebut. Sehingga dukungan yang diberikan kehilangan kualiatas dukungan dalam demokrasi yang kita idamkan. Kualiatas dukungan dimana kita tidak mempertentangkan pokok-pokok pikiran dari kandidat yang akan dipilih masyarakat.
Kita akan memasukin kembali pesta demokrasi melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan diselenggarakan tahun 2020, dari berita yang saya baca, Pilkada serentak ini akan dilaksanakan pada 23 September 2020. Ada sebanyak 270 daerah yang melangsukan Pilkada. Mari kita jalankan pesta demokrasi ini dengan azas yang selama ini kita peganag " Jurdil dan Luber " , Jujur Adil dan Langsung, Bebas, Rahasia. Jangan biarkan dukungan anda mencederai azas Pemilu kita, Mendukung tidak berarti memilih....
Salah satu penyebab kurangnya kualiatas dari hasil pesta demokrasi kita adalah tidak terjaminnya kerahasiaan pilihan yang kita buatkan pada bilik suara. Hilangnya kerahasiaan ini juga menjadi salah satu cikal bakal terjadinya praktik, korupsi, kolusi maupun nepotisme (KKN), praktik yang selama ini terus kita perangi.Â
Hilangnya kerahasiaan pilihan kita, membuat kita ogah-ogahan dalam melakukan kontrol terhadap pemerintahan yang sedang berjalan, kita akhirnya mengurangi kritik kepada pemerintah, dan selalu pasrah dengan keadaan serta menunggu periode ini habis, dan akan memilih kembali, siklus ini akan terus berputar secara berulang, bila kita belum dapat menjamin kerahasiaan pilihan kita, karena selama ini kita selalu menganggap bahwa mendukung berarti memilih.
Kehangatan dalam bermasyarakatpun semakin berkurang, karena kita mungkin akan saling ledek atau saling nyinyir karena dukungan atau pilihan yang kita lakukan, sehingga kita saling membatasi ruang gerak bertemu, karena enggan timbulnya saling meledek saat bertemu. Kita hanya akan bertemu dengan orang yang punya pilihan yang sama, dan menjauh dari teman yang punya pilihan berbeda.Â
Keharmonisan keluarga bahkan bisa terpecah hanya karena beda pilihan ini, padahal bila kita dapat merahasiakannya maka kita akan bebas untuk berbicara atau berdebat dengan data yang ada, disaat benar kita akan berkata benar, disaat salah kita akan katakan salah. Dan kita tidak mengambil keuntungan dari hal itu semua. Hal ini dapat kita lakukan bila kita mampu membedakan antara Mendukung dan Memilih.
Saya akan sampaikan kembali mendukung tidak berarti memilih, mendukung artinya anda memberikan kesempatan kepada seseorang untuk punya legalitas berbicara akan gagasan-gagasan yang dia miliki untuk dilakukan oleh pemerintah bila kelak dia terpilih, sementara memilih adalah anda setuju atas seseorang agar melakukan  gagasan-gagasan yang dia miliki untuk dilakukan oleh pemerintah.
Disaat anda memberi legatitas kepada seseorang untuk berbicara, satu hal yang perlu anda ketahui, bahwa anda belum tentu setuju dengan apa yang disampaikan orang tersebut. Dalam alam demokrasi, masyarakat/rakyat adalah tuannya dan pemerintah adalah pembantunya. Rakyat perlu pengelolaan sumber daya-sumber daya yang dimiliki daerah, untuk itu rakyat memilih orang yang akan membantunya dalam pengeloaan sumber daya tersebut untuk dinikmati secara bersama-sama baik tua, muda, miskin dan kaya.Tanpa memandang status sosial seseorang. Maka Rakyat perlu mendengarkan para mereka yang mengajukan diri untuk menjadi pembantu rakyat tersebut. Untuk itu orang tersebut membutuhkan dukungan, dukungan dapat dilakukan oleh partai politik ataupun dukungan secara independen.