Mohon tunggu...
Sulaiman Ricardo Marbun
Sulaiman Ricardo Marbun Mohon Tunggu... Freelancer - Sekedar menulis

Pengamat yang tidak selalu mengamati :))

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Korelasi KPK dan Koruptor, Mana yang Perlu Dihabisi?

30 Oktober 2012   21:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:12 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama sudah tidak posting di kompasiana, terakhir kali saya posting pada bulan april lalu. Inspirasi menulis di kompasiana hilang begitu saja begitu melihat post-post para member kompasiana yang sangat bagus-bagus. Namun sebelum memulai pembahasan dari Korelasi KPK dan Koruptor, Mana Yang Perlu Dihabisi ? saya turut prihatin bagi member kompasiana yang terkena cyberbullying. Semoga hal ini tidak terjadi lagi.

Inspirasi judul postingan Korelasi KPK dan Koruptor, Mana Yang Perlu Dihabisi ? hadir secara spontan, setelah saya membaca post dari saudari  Cici Suci Maulina yang berjudul Andaikan Aku Ketua KPK yang saya liat postingan tersebut mungkin hadir karena lomba blog KPK.

Setelah membaca artikel tersebut, tiba-tiba saja terbersit di dalam pikiran saya, KPK dihadirkan untuk menggembosi para koruptor di negara ini, nah seandainya koruptor di negara ini tidak ada, apakah KPK akan tetap ada di negara ini ?

Secara tidak langsung, mau tidak mau ternyata selama ini saya dihadapkan kepada situasi dan kondisi harus menerima kalau di negara ini harus ada koruptor nya, dan pemerintah mengamini bahwa korupsi itu harus berlaku di negara ini, korupsi tidak boleh dihapuskan di negara ini. Untuk itu pemerintah mendirikan satu lembaga yang diberi nama Komisi Pemberantasan Korupsi aka KPK.

Saya tidak habis pikir beberapa kali ada seruan di negara ini dengan slogan SAVE KPK, Selamatkan KPK, yang berarti Jangan STOP Korupsi, Korupsi harus berjalan, Korupsi harus tetap ada. Karena kalau Korupsi tidak ada maka KPK tidak akan ada.

Selama ini saya sangat mendukung kinerja KPK dalam membongkar kasus-kasus korupsi yang terjadi di negara ini, yang mengabitkan kerugian dalam keuangan negara. Tapi setelah membaca artikel saudari Cici Suci Maulina saya dihadapkan pada suatu dilema, ternyata ada yang hilang dari pandangan kasat mata dan terlewat dari pemikiran yang ada.

Siapakah yang harus ada , KPK kah atau Korupsi kah yang harus ada ? Keterkaitan akan kehadiran lembaga KPK  sangat erat dengan adanya Korupsi, dan sebaliknya keberadaan Korupsi juga sangat erat akan kehadiran suatu lembaga yang bernama KPK.

Saya secara pribadi akan memilih  di negara kita Indonesia tercinta ini,  kedua-duanya baik KPK atau Koruptor tidak perlu ada lagi.

Korelasi antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Koruptor... Jika Koruptor tidak ada maka KPK tidak akan ada... Jika KPK ada itu artinya KORUPTOR ada.... Yang mana yang harus di hapus terlebih dahulu... atau bagaimana untuk menghapus kedua-duanya ?????


STOP KORUPSI, LALU BUBARKAN KPK atau BUBARKAN KPK, LALU STOP KORUPSI, atau STOP KORUPSI dan BUBARKAN KPK.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun