Bumi membersihkan dirinya sendiri sekaligus menjaga keseimbangan hidup lewat berbagai macam siklus alam semesta. Membentuk sebuah sistem yang bersimbiosis mutualisme demi menjaga kelangsungan hidupnya. Demikian juga dengan keinginan manusia untuk menjadi bersih. Sebuah keinginan yang alami demi sebuah keseimbangan. Bagai sebuah kesatuan yang tak terpisahkan, alam dan manusia terus berusaha menjaga kesimbangan hidup dengan caranya masing-masing.
Setiap manusia mencintai kebersihan. Tak peduli manusia itu terpelajar atau tidak, intelektual atau tidak, kekurangan atau berkecukupan, bersih merupakan sebuah hal yang universal. Bersih itu lintas etnik dan suku. Bersih adalah hal yang paling mudah dan sederhana untuk dilakukan namun memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan. Bersih itu persyaratan mutlak untuk segala agama. Bersih itu bisa jadi bahasa dunia.
Sebuah negara yang bersih sudah tentu akan menghasilkan pemikir yang brilian serta profesional di bidangnya. Mengapa? Bersih adalah awal dari kenyamanan, kenyamanan bisa menghasilkan pemikiran kreatif, dan kreatifitas berujung pada produktifitas. Bersih bisa mengarah pada produktifitas, hasil yang berguna serta bermanfaat.
Mens Sana In Corpore Sano atau yang berarti “di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat” adalah kutipan dari puisi Satire X yang ditulis secara indah oleh Decimus Iunius Iuvenalis, seorang penyair dan filosof Romawi. Ia menegaskan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu paham kebersihan dan kesehatan Jasmani-rohani itu sudah menjadi bagian dalam wacana pengkajian para filosof. Dengan menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan, kebersihan tidak lagi hanya sebuah aktifitas biasa, tapi juga sudah termanifestasi.
Pemahaman inilah yang selanjutnya menjadi kesadaran universal akan pentingnya “Bersih dan Kebersihan”. Kesadaran itu terus berkembang menjadi budaya masyarakat, dan akhirnya menjadi gaya hidup masyarakat dunia yang berpikir maju. Budaya bersih sebuah bangsa itu mencerminkan kemajuan berpikir bangsa tersebut.
Bersih dari berbagai sudut pandang
Bersih dari sudut pandang yang paling sederhana berawal dari rumah kita. Apabila rumah kita bersih maka tamu yang datang akan merasa betah dan nyaman, dan dari situ terwujudlah sebuah hubungan yang harmonis antarmanusia. Rumah yang bersih akan mendatangkan energi ketenangan dan kekuatan, sebaliknya, rumah yang kotor akan menghasilkan energi buruk serta dan menjadi cerminan pemilik rumah itu sendiri.
Sedangkan berbicara mengenai bersih dari sudut pandang perusahaan, sebuah perusahaan yang baik dapat dinilai dari bersih atau tidaknya kamar kecil yang tersedia. Kamar kecil sebuah perusahaan yang kotor bisa mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan tersebut kacau balau. Mengapa demikian? Kamar kecil adalah hal kecil dari sebuah perusahaan. Jika hal kecil saja tidak dibenahi,bagaimana dengan hal-hal besar? Maka lihat kematangan manajemen sebuah perusahaan dari kamar kecilnya!
Terakhir, bersih dari sudut pandang kenegaraan. Sebuah negara pasti membutuhkan devisa, yang bisa didapat dari bidang pariwisata. Sekarang bayangkan jika negara itu kotor, dalam arti harfiah tentunya. Pastinya hal itu akan menjadi momok yang mengerikan bagi wisatawan mancanegara, tak peduli betapa potensialnya kondisi alam negara itu. Kotor sangat indentik dengan kasar, brutal, dan malas. Industri pariwisata adalah image business. Apabila negara itu tidak mampu memberi kesan pertama yang menggoda, maka selanjutnya negara itu bisa menyesali perbuatannya karena sudah terlanjur menjadi miskin.
susanto salim
smartactservice@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H