Pohon beringin tua itu menjulang tinggi di tengah desa. Akar-akarnya yang besar dan kusut seperti cakar raksasa mencengkeram tanah, menciptakan bayangan gelap yang menyelimuti sekitarnya. Konon, pohon itu sudah ada sejak zaman penjajahan, dan banyak cerita mistis yang berkembang di kalangan warga.
Dina, seorang remaja penasaran, seringkali menghabiskan waktu di bawah pohon beringin itu. Ia merasa ada aura mistis yang menariknya. Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, Dina duduk di bawah pohon, membaca buku kesayangannya. Tiba-tiba, angin berhembus kencang, menggoyangkan dahan-dahan pohon hingga berderit. Buku yang dibacanya terlempar, dan saat ia menunduk untuk mengambilnya, Dina melihat sebuah lubang kecil di tanah, tepat di bawah akar pohon.
Rasa penasarannya membuncah. Ia mengambil ranting kecil dan menusuk lubang itu. Saat ranting itu masuk semakin dalam, Dina merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dengan hati-hati, ia memperbesar lubang itu hingga cukup untuk memasukkan kepalanya. Ketika mengintip ke dalam, Dina melihat sebuah dunia yang sangat berbeda. Cahaya redup membias dari suatu sumber yang tidak diketahui, dan tanaman-tanaman aneh tumbuh subur di tanah yang lembap.
Dina terus mengamati dunia di bawah pohon itu. Ia melihat sosok-sosok bayangan bergerak di kegelapan, dan mendengar suara-suara bisikan yang samar. Rasa takut mulai menguasai dirinya, namun ia tetap penasaran. Dengan perlahan, Dina mencoba merangkak masuk ke dalam lubang itu.
Saat tubuhnya sudah sepenuhnya masuk, dunia di atasnya menghilang. Dina berada di sebuah lorong sempit yang lembap. Dinding-dinding lorong itu dipenuhi lumut dan jamur, dan udara di dalamnya terasa sangat berat. Ia berjalan terus, mengikuti cahaya redup di ujung lorong.
Setelah berjalan cukup lama, Dina sampai di sebuah ruangan luas. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja batu besar, dan di atasnya terdapat sebuah buku kuno yang bersinar. Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dengan keras, dan muncul beberapa sosok makhluk aneh yang menyeramkan. Mereka memiliki mata merah menyala dan taring yang tajam.
Dina berteriak ketakutan dan mencoba melarikan diri, namun makhluk-makhluk itu mengejarnya. Ia berlari sekencang mungkin, melewati lorong-lorong yang gelap dan sempit. Saat hampir putus asa, Dina melihat sebuah cahaya terang di ujung lorong. Dengan sisa tenaga yang ada, ia berlari menuju cahaya itu.
Ketika sampai di cahaya itu, Dina merasa tubuhnya tertarik ke atas. Dengan sekuat tenaga, ia merangkak keluar dari lubang di bawah pohon beringin. Saat keluar, ia langsung terduduk di tanah, terengah-engah. Dunia di atasnya terasa begitu nyata dan hangat.
Sejak saat itu, Dina tidak pernah lagi berani mendekati pohon beringin itu. Ia yakin bahwa di bawah pohon itu terdapat sebuah dimensi lain yang penuh dengan makhluk-makhluk menyeramkan. Dan ia bersyukur karena masih bisa kembali ke dunianya.
Dina berlari secepat kilat menjauhi pohon beringin tua itu. Rasa takut masih menempel erat di hatinya. Sejak kejadian itu, ia mengalami mimpi buruk yang sama setiap malam: makhluk-makhluk aneh dengan mata merah menyala mengejarnya di dalam lorong gelap.
Anehnya, sejak kejadian itu, pohon beringin tua itu seperti memanggil-manggilnya. Setiap kali lewat di dekat pohon itu, Dina merasakan sensasi yang aneh, seperti ada sesuatu yang menariknya untuk kembali. Namun, rasa takut yang mendalam membuatnya enggan mendekati pohon itu.