Mohon tunggu...
Nur Khothib Muchammad
Nur Khothib Muchammad Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa PAI'19 IAIN JEMBER

Nur Khothib Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

27 Mei 2020   16:17 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:18 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aliran rekonstruksionisme

Aliran ini berusaha mengupdate atau merombak Tata susunan lama dengan membangun Tata susunan yang baru dan modern.
Aliran ini pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme Di mana keduanya sama-sama berawal dari krisis kebudayaan modern, tetapi keduanya memiliki cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah.
Aliran perenialisme memilih untuk kembali kepada kebudayaan lama yang telah teruji dan berhasil membawa mampu untuk menghadapi krisis yang lama, sedangkan aliran rekonstruksionisme memilih untuk membina manusia untuk mampu menghadapi krisis dan aliran konstruksionisme ini lebih mementingkan kesepakatan bersama dalam menyelesaikan masalah.

Menurur Bakry aliran ini baru pendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua makna hakikat sebagai asal sumber yaitu hakikat materi dan hakikat rohani.

Pandangan ontologis
Aliran ini memandang bahwa realita itu bersifat universal atau menyeluruh dan aliran ini berkeyakinan tugas menyelamatkan dunia adalah tugas dari seluruh umat manusia. Didalam pendidikan bisa diambil contoh juga yaitu tugas menyelamatkan dunia dari kebodohan adalah tugas dari seluruh umat manusia untuk terus menuntut ilmu.

Pandangan episrimologis
Aliran ini merujuk kepada aliran pragmatis dan perenialis karena menurut aliran ini untuk memahami sebuah realitas memerlukan suatu asas "tahu", maksudnya kita tidak akan pernah mengetahui sesuatu yang realita tanpa mengalami atau menjalani sebuah pengalaman.

Pandangan aksiologis
Aliran ini memandang masalah nilai berdasarkan dengan asas supranatural yaitu menerima nilai natural secara universal, abadi, berdasarkan nilai teologisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun