Mohon tunggu...
Bang Kemal
Bang Kemal Mohon Tunggu... -

Acuan kerangka awal, pelajaran SD/SMP, berpancasila. Hehe...seorang awam yang mau belajar. Terima kasih Kompasiana, Terima kasih Netter se-Indonesia. Mari berbagi........... dalam rumah yang sehat dan SOLID.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kode-kode Kamuku-Akumu!?

23 November 2012   02:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengapa mereka baik-baik sama Ayah?

Daripada membuta, siapa kamu di matanya

dengan ‘satu kuas’, kaulukiskan seribu protokoler negara

Daripada ketahuan,amnesia langgam alasanmu di mulutnya

dengan ‘satu troli’, kaubacakan seribu tralala

Kau mungkin berpikir,hanya karna suaraku di matamu,

akumu orang-orangan di jangkarku?

dengan ‘satu suara’, kaupoles kaca tabung seribu debu

sekarang pun di sekolah, anak didik menyemainilai elemeter

wiracarita kesederhanaan memancarcahaya

siapa Mashudul Hag dan Kasimo,

siapa Bung Karno dan Bung Hatta ,

siapa mereka, siapa debu, dansiapa Anda di sana

Kau mungkin berpikir, hanya langit namaku kaplingmu,

akumu tersandera mengundang hujan batu?

dengan ‘satu pisau bedah ’kaucacah matanya seribu lelaku

merusak tilasan luhur rambu-rambu

sekarang dipadepokan pelosok terjauh

anak-anak bangsa menjengkal diri,

siapa diri kita yang telah hilang

Oh surgamu surga koruptor surga pemalak

betapa malu terhirup di rongga dada mereka!

Kau kode-kode tilasan kehormatan tuan dan mevrouw,

Resistensi nafas menghembus alibi kompak

Menggatra hukum tahu dan tempe renyah si jelata lugu

Oh, duniaku jasad melenguh, ‘satu kamu’ nurani berlalu :

Apa kabarmu Gerakan Bersih-Bersih, duhaikeningku

dalam lembaran kosong, hanya ada kata-kata kosong?

Beginikah cara memperbudak sumpah-janji, duhai dengarku

dalam kata-kata kosong,nasionalisme termangu kosong?

ternyata bumerang-bumerangku pula jawaban-jawaban bumerangmu

Satu di antara mereka kelak tiba berkata,

dengan rechsstaatkenyataan hakiki tegas-lugas kepada cucumu,

Nak,Ayahmu ini kebanggaan dan kehormatan negara. Ayah pembela hati nurani seluruh rakyat Indonesia. Tetapi titipan kedaulatan tidak kedap suara,hukum berlaku sama!

Catatan :

Mevrouw, sebutan nyonya jaman penjajahan Belanda.

Mashudul Hug (pembela kebenaran), nama lain Haji Agus Salim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun