Mohon tunggu...
Bang Kemal
Bang Kemal Mohon Tunggu... -

Acuan kerangka awal, pelajaran SD/SMP, berpancasila. Hehe...seorang awam yang mau belajar. Terima kasih Kompasiana, Terima kasih Netter se-Indonesia. Mari berbagi........... dalam rumah yang sehat dan SOLID.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Sana, Bendera Setengah Tiang, .......

24 November 2011   11:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemuruh di dada, seia sekata
derap kaki-kaki melangkah
adakah nyawamu, juga nyawaku? .........

Wahai engkau, di bilik bungker
lama kawat-kawat berduri, angker
adakah, sangarmu juga, sejarahku? .........

Tangis ayah ibu mereka, kering-kering
ratapan aktivis perubahan, debu jalanan
adakah dengan rechstaat
haruslah jalan itu mengental, memerah? ........

Kemanusiaan kita
muntahan beraroma
kebohongan demi kebohonganmu
terseduh nyawa-nyawa
serasa benar-benar segar, engkau minum
Sekarang tanyalah siapa
mayat-mayat itu siapa bagi kita?
adalah, perih dahagamu membungkam, ..........

Silahkan berbisik-bisik
tertawa lepas di raga mereka*
dan lihat di sana
ada sisa mulut muliamu
di meja langit tirani
ada sisa ayat-ayat tangan besi
bendera kita bertanya ;
adakah, limbah hitam kotori orasi
dari air ludah, kejujuranmu? ..........

Wahai engkau
apa hiraumu?
sampai berabad-abad nanti
bendera itu setengah tiang Saudara
berkibar-kibar, dengan goresan tinta emas
adalah nyata bertanya di atas lembaran sejarah,

Negeriku negerimu satu, suara menggelegar ikrar sejiwa
Tapi mengapa bagimu Indonesia, mereka bukan milik kita

*)Korban tragedi Semanggi, alm.Munir Said Thalib,
juga korban Penghilangan Paksa sahabat aktivis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun