Sayang, engkau sebutkan satu huruf
panas bagai bijih emas melebur
yang memisahkan warna kaku sendu
sebab kemurnian ilusi tiada henti melangkahi waktu
ingin ku tutupi media bara tanpa bulir keluluhanmu
---
Sayang, ku katakan itu mencekam dalam sepi
debaran bagai badai badai hujan api
yang menyentuh taman mimpi mimpi elegi bersemi
sebab teriakanmu pasti terhenti, gugur bersama daun mizan
ingin ku tutupi selamanya ketelanjangan benak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!