Merdeka Belajar adalah sebuah program yang digagas oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim sebagai upaya mewujudkan kemerdekaan dalam belajar. Dikatakan merdeka dalam belajar artinya siswa memiliki kebebasan untuk berpikir dan berekspresi. Saya sangat setuju dengan gagasan ini, karena kita bisa mengekspresikan pendapat kita dengan bebas dan gatakut lagi untuk menyanggah.
Majunya suatu bangsa itu selaras dengan kualitas Pendidikan yang ada. Indonesia sendiri memiliki sistem Pendidikan selama 12 tahun, dimulai dari SD, SMP DAN SMA. Landasan pokok keberadaan sistem pendidikan Indonesia tertuang pada UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31, ayat (1) yang menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.
Pada tahun 2023 pemerintah mengalokasikan dana sebesar 612,2 triliun rupiah dan 305 triliun rupiah di antaranya ditransfer ke daerah dan dana desa. Anggaran pendidikan yang dikelola oleh Kemendikbud Ristek hanya 2,7% dari APBN atau sekitar 29 triliun rupiah. Walaupun pemerintah menggelontorkan dana yang sangat banyak, itu tidak menjamin akan bagusnya sistem Pendidikan di Indonesia. Karena di dalam pelaksanaannya, praktek korupsi juga terus mengikuti.
Tidak Cuma korupsi saja yang menghambat kemajuan Pendidikan di Indonesia, Feodalisme juga menjadi alasan kenapa Pendidikan Indonesia ini tidak maju. Contohnya ketika dosen berdiri di depan, muridnya diam, gamau protes karena takut professor. Di amerika malah sebaliknya,kalau ga setuju langsung angkat tangan, karena filosofi di amerika itu “kebebasan”, apalagi di prancis bisa debat mereka sama professornya, dikarenakan Pendidikan mereka sudah maju, gatakut untuk berdebat, karena di filosofi perancis itu tertulis “semua orang harus setara”. Kita juga ada kok filosofinya yaitu “tut wuri handayani” tapi kan ga di implementasikan.
Kita masuk ke Sejarah sedikit ya, kenapa perancis itu jadi salah satu negara dengan Sistem Pendidikan terbaik di dunia?. Kembali ke masa revolusi perancis tahun 1789, Raja Louis XVI menjadi legitimasi berakhirnya masa monarki Prancis yang sudah berkuasa sejak tahun 987 atau selama 748 tahun lamanya. Di Place de la Concorde yang sekarang menjadi Place de la Révolution menjadi saksi bisu revolusi Prancis setelah Louis XVI dipenggal kepalanya dengan pisau Guillotine. Kejadian tersebut membuat semboyan Liberty, Egalite, Fraternite menjadi menggema dan simbol baru rakyat Prancis akan kebebasan. Rakyat Prancis saat itu membawa kepala Louis XVI dengan memberikan sinyal bahwasanya semua manusia setara dan raja tetaplah manusia biasa dan bukan wakil tuhan. Seperti yang gue jelasin di atas, dari sinilah terbentuknya filosofi perancis.
Hubungan dengan Pendidikan apa?
Semangat persamaan antarmanusia yang digaungkan tersebut menjadi dasar fundamental bagi masyarakat Prancis dalam hal pendidikan bahwa semua manusia memiliki kedudukan, dan derajat yang sama. Di sekolah dasar hingga menengah, para siswa di Prancis sudah diajarkan untuk senantiasa menggugat guru apabila siswa tidak setuju dengan pendapat dari guru. Nah sedangkan di negara tercinta kita Indonesia ini , sistem Pendidikan tersebut telah “dikrangkeng” oleh budaya Feodalisme. Dimana guru adalah orang tertinggi tidak boleh dibantah, murid tugasnya cuma mendengarkan saja tanpa mengugat. Budaya seperti inilah yang menghambat laju Pendidikan di Indonesia. Karena kemampuan nalar kritis para murid tidak terasah, kan tujuan Pendidikan salah satunya membuat kita berpikiri kritis.
Di Indonesia sistem Pendidikan hanya menyalahkan murid yang ga berkualitas, padahal sistem feodalisme itu yang menjadi penyebab kenapa lahir murid seperti itu, bukannya korelasi antara murid dan guru sangat tinggi ya? jika gurunya berkualitas maka lulusannya juga akan berkualitas, dan sebaliknya, jika gurunya tidak berkualitas maka jangan harap lulusannya berkualitas, ada sebab akibatnya dong. Menurut kalian cara menghilangkan sistem Feodalisme di dalam sistem Pendidikan kita gimana? Tulis di kolom komentar.
Mungkin itu saja yang bisa gue tulis sekarang, mohon dikritik kalau ada yang keliru, jangan hanya diam dan pergi meninggalkanku tanpa alasan. eaaaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H