Mohon tunggu...
Bang Java
Bang Java Mohon Tunggu... -

Sometimes complicated

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Benarkah Kehadiran Marketplace Online Membantu Pedagang?

26 Agustus 2016   18:57 Diperbarui: 27 Agustus 2016   14:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Thinkapp.com

Marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Q10, Shopee dan lain-lain semakin marak di Indonesia. Jauh sebelum marketplace ada, perdagangan online sudah banyak, biasanya lewat media sosial. Pembeli mentransfer langsung ke rekening penjual barulah pesanan dikirim. Ada yang jujur ada yang menipu. Untuk menghindari penipuan hadirlah marketplace sebagai wadah transaksi sehingga pembeli merasa lebih nyaman. 

Barang tidak sampai atau tidak sesuai, uang bisa kembali. Seiring berjalan waktu, melihat untung lumayan maka reseller semakin banyak. Karena dulu bisa dikatakan tanpa modal. Pembeli transfer dulu baru reseller bayar ke toko. Sejak ada marketplace pembeli beralih. Pembeli bertransaksi via marketplace. 

Kesulitan pertama timbul bagi reseller tanpa modal, karena uang masih tertahan di marketplace sampai pesanan tiba di pembeli. Mau tak mau reseller harus punya modal untuk mendahulukan pembayaran ke toko. Apalagi kalau pembelinya malas konfirmasi saat pesanan sudah diterima, maka waktu pencairan pun mundur beberapa hari lagi. 

Karena pembeli sudah beralih ke marketplace maka reseller tak punya pilihan. Sekarang harus punya modal standby. Mulailah cari pinjaman.
Kesulitan kedua tak lama datang, persaingan. Banyak reseller yang hanya iseng menunggu dapat kerjaan atau berani untung tipis ikut berjualan di marketplace dengan mengambil keuntungan minim dari penjualan ecer/satuan. 

Hargapun terpampang dengan jelas. Beda 5.000 perak saja pembeli bisa pindah toko. Pindah toko zaman sekarang hanya dengan jari telunjuk saja. Bila kita memilih satu item misalnya, maka pedagang lain yang menjual item yang sama juga akan bermunculan di tampilan aplikasinya, tak soal apakah pedagang yang pakai iuran maupun yg gratisan. Reseller berusaha lebih giat dengan men-share dagangannya di media sosial yangg aktif untuk mencari pembeli lebih banyak. Secara tidak langsung dia juga sudah mengiklankan marketplace tempat dia berjualan. 

Pertempuran harga pun semakin sengit. Reseller mulai menurunkan harga-harganya agar dipilih pembeli. Padahal sekarang sudah pakai modal. Melihat kondisi ini reseller mulai cari jalan dengan mencari info dimana toko mengambil barangnya. 

Untuk banyak item ternyata banyak produsen/importir yang mau menjual dengan jumlah sedikit. Bagi reseller yang punya duit sedikit saja menyambar kesempatan ini. Dan mulailah reseller tadi menjual dengan harga toko di marketplace. Melihat ini toko tidak mau diam. Siapa tidak mau uang? 

Toko pun mulai berjualan dengan harga toko di marketplace online. Kemana reseller awal tadi yang tidak punya modal? Mereka tersisih. Cari kerja lain. Kecewa. Padahal jumlah mereka 90% dari total pedagang online dan merekalah yang awalnya meramaikan ini sehingga lahirlah marketplace yang beromset miliaran.

Sedih memang. Ternyata usaha awal yang tanpa modal tadipun tak berpihak pada orang kecil. Bagi marketplace gak ada urusan! Itu urusan Anda! Itulah seleksi pasar! 

Jadi sebenarnya kehadiran market place ini membantu atau tidak itu tergantung kantong anda. Yang jelas bagi produsen/distributor/pedagang yang punya modal ini justru peluang. Apa itu namanya?

Bang Java

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun