Seorang Kiai sering cerita, ada dua maqom manusia dalam urusan rezeki. Pertama maqom kasbi, nyambut gawe. Atau bekerja normal. Tanda berada di maqom ini, gampang nyambut gawe (mudah dalam bekerja).
Rasulullah Muhammad sollallahu alaihi wa sallam dawuh; ketika kamu sudah diberi rezeki dari suatu pekerjaan maka tetaplah bekerja disitu.
Jadi kalau kerja baiknya tidak pindah-pindah. Kecuali kalau memang pensiun atau dikeluarkan.
Di majalah Aula pernah ada profil pengusaha sukses. Dia awalnya guru honorer. Setelah bekerja 15 tahun tiba-tiba dipecat. Dia pun sempat bingung. Akhirnya diajak teman nya makelaran tanah. Hingga akhirnya sukses sebagai developer. Dia pun bersyukur dipecat sebagai guru.
Pengasuh Pesantren Tahfid, Hamalatul Quran Jogoroto, yang santrinya buanyak, KH Ainul Yaqin Alhafid juga mengalami hal yang kurang lebih sama.
Beliau jadi guru hampir 20 tahun. Sempat nyambi bikin kecap namun bangkrut. Suatu hari tiba-tiba dia dapat surat dipecat dari tempatnya ngajar. Otomatis sempat galau.
Beliau lalu sowan KH Ahmad Mustain Syafiie Alhafid, Tebuireng. Malah diguyoni. "Mamulo-mamulo gak koyok nduwe pesantren dewe masio cilik."
Mbah Yaqin lalu diberi amalan salat tahajud khataman Quran. Setiap malam satu juz. Sebulan beliau khatam. Pas hari khatam itu, santri pertama datang. Hingga hari ini, pondok nya sampek gak amot-amot.
Di pondok beliau, setiap tahajud santri diharuskan minimal baca setengah juz.
Mbah Yaqin pun bersyukur dipecat dari tempatnya ngajar.
Maqom kedua dalam urusan rezeki yakni tajrid. Doa saja kepada Allah. Tidak bekerja pada manusia.