Abah Guru Sekumpul, atau Muhammad Zaini Abdul Ghani, merupakan salah satu ulama besar Nusantara yang ajaran dan keteladanannya tetap hidup di hati umat Islam, meski beliau telah wafat sejak tahun 2005. Kehidupan dan ajarannya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menjalani hidup dengan penuh ketakwaan, kesederhanaan, dan kecintaan terhadap ilmu. Namun, bagaimana kita dapat meneladani Abah Sekumpul di tengah era digital yang penuh tantangan ini?
Abah Guru Sekumpul, atau Muhammad Zaini Abdul Ghani, merupakan sosok ulama besar yang keberadaannya telah memberikan dampak spiritual yang luar biasa bagi umat Islam di Nusantara. Lahir di Tunggul Irang, Martapura, Kalimantan Selatan, pada 11 Februari 1942, ia dikenal sebagai seorang waliyullah yang memiliki ilmu, akhlak, dan keteladanan yang tak lekang oleh waktu. Wafat pada 10 Agustus 2005, Guru Sekumpul meninggalkan warisan spiritual yang tak hanya berupa ilmu, tetapi juga inspirasi untuk menjalani kehidupan dalam ketakwaan, kesederhanaan, dan pelayanan kepada umat.
Kehidupan Abah Guru Sekumpul sebagai Teladan
Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai pribadi yang tawadhu (rendah hati), ikhlas, dan menjadikan ilmu sebagai jalan hidupnya. Beliau menekankan pentingnya menuntut ilmu agama dengan penuh keikhlasan, baik dari sumber manusia maupun langsung dari Allah SWT (ilmu ladunni). Hal ini tercermin dalam kehidupan beliau yang dihabiskan untuk belajar kepada ratusan ulama besar, baik dari Nusantara maupun Timur Tengah.
Keteladanan ini menjadi pelajaran penting di era digital. Saat ini, banyak informasi agama tersedia di internet, tetapi tidak semua memiliki otoritas atau validitas yang sesuai. Kita harus meniru semangat Abah Guru Sekumpul untuk mencari ilmu dari sumber-sumber terpercaya, seperti para ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas, dan bukan dari sumber yang meragukan.
Salah satu pelajaran penting dari Abah Guru Sekumpul adalah bagaimana beliau menyampaikan ilmu dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Dalam majelis ilmunya, beliau selalu berusaha menjelaskan konsep-konsep rumit dengan cara yang dapat diterima oleh semua kalangan, baik awam maupun intelektual.
Di era digital, pendekatan ini dapat diterapkan melalui berbagai platform seperti media sosial, situs web, dan aplikasi pendidikan. Ulama dan pendakwah perlu belajar menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, tanpa mengurangi kedalaman isinya. Konten seperti video singkat, infografis, dan artikel dapat menjadi media efektif untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada generasi muda.
Sangat penting untuk memastikan bahwa penyampaian ilmu di media digital tetap mempertahankan adab dan akhlak. Abah Guru Sekumpul selalu menekankan pentingnya kesantunan dalam berdakwah, sesuatu yang perlu dijaga dalam interaksi di media sosial. Komentar yang bijak, penyampaian yang santun, dan penghindaran dari debat yang tidak produktif adalah nilai-nilai yang harus dipegang
Abah Guru Sekumpul tidak hanya dikenal karena keilmuannya, tetapi juga karena perannya dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah. Haul beliau yang diadakan setiap tahun menjadi momen besar yang mempererat persaudaraan umat Islam dari berbagai daerah dan latar belakang. Acara tersebut tidak hanya menjadi ajang spiritual, tetapi juga mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama.
Di era digital, semangat ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi dalam menyebarkan kebaikan. Platform digital dapat digunakan untuk menggalang solidaritas, seperti penggalangan dana online untuk membantu sesama, berbagi informasi bermanfaat, atau menyebarkan dakwah yang mempererat ukhuwah. Media digital juga memungkinkan umat Islam dari berbagai belahan dunia untuk saling berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain.