Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Petualangan Mirza Funna Dari Perantauan ke Jagat Saksana KIP Pidie Jaya yang Disegani

5 November 2024   16:57 Diperbarui: 5 November 2024   18:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mirza Funna (Bang Jaja) Jagat Saksana KIP Pijay (Dokpri)


Mirza Funna, atau akrab disapa Bang Jaja, adalah sosok putra daerah Aceh dari Japakeh, yang menempuh perjalanan hidup penuh tantangan dan pengabdian. Lahir pada 6 Desember 1984 di Mesjid Tuha, Bang Jaja dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan nilai ketulusan, kejujuran, dan kerja keras. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, ia memiliki semangat merantau yang diwariskan dari leluhur, yang kemudian membentuk dirinya menjadi pribadi tangguh. Kisah hidupnya tidak hanya menunjukkan ketekunan dan keberanian, tetapi juga pengabdian untuk membangun tanah kelahiran.

Sejak kecil, Bang Jaja tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mengedepankan kerja keras. Ayahnya, seorang petani di Japakeh, mengajarkan bahwa kehidupan tidak datang dengan mudah, dan setiap orang harus berjuang untuk mencapai cita-cita. Dengan prinsip ini, Bang Jaja merasakan pentingnya tanggung jawab sebagai anak sulung, yang harus menjadi teladan bagi adik-adiknya dan harapan bagi keluarganya. Kehidupan di kampung juga membentuk kesederhanaan dan ketulusan dalam dirinya. Di Japakeh, nilai-nilai kearifan lokal mengakar kuat, memberikan panduan dalam berperilaku sehari-hari, dan inilah yang kemudian menjadi landasan baginya untuk menghadapi tantangan hidup di luar daerah.

Bang Jaja menamatkan pendidikan menengahnya di SMAN Meureudu pada 2003. Sejak lulus, ia merasa panggilan untuk menjelajahi dunia luar demi mencari pengalaman dan pengetahuan baru. Rasa ingin tahunya yang besar terhadap kehidupan di luar kampung membuatnya memutuskan untuk merantau, meninggalkan Japakeh untuk menjelajahi beberapa kota besar di Nusantara. Keputusan untuk merantau bukanlah hal yang mudah, terutama dengan keterbatasan finansial yang dihadapinya saat itu. Namun, dengan tekad kuat dan dukungan dari keluarganya, ia pun memulai perjalanan hidup yang penuh dengan pelajaran berharga.

Menempa Kehidupan di Tanah Rantau

Perjalanan perantauan Bang Jaja membawanya ke beberapa kota di Indonesia, seperti Batam dan Medan. Di Batam hingga negeri seberang, ia berhadapan langsung dengan hiruk-pikuk kota industri yang berbeda jauh dari ketenangan kampung halamannya. Batam, yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan industri, mempertemukannya dengan berbagai karakter dan budaya, mengajarinya cara beradaptasi dengan cepat di lingkungan yang dinamis. Bekerja sebagai buruh dan kuli bangunan di sana, ia memahami kerasnya dunia kerja dan belajar arti penting dari ketekunan dan kerja keras. Tidak ada pekerjaan yang dirasa rendah baginya, selama itu memberikan penghidupan yang halal. Prinsip ini terus ia pegang, menjadikannya pribadi yang ulet dan berjiwa besar dalam menghadapi setiap tantangan.

Setelah beberapa waktu di Batam, Bang Jaja kemudian merantau ke Medan. Di sini, ia semakin memperkaya pengalamannya dalam berinteraksi dengan masyarakat yang sangat beragam. Medan, dengan keragaman budaya dan etnisnya, memberinya wawasan baru tentang keberagaman Indonesia. Di kota ini, Bang Jaja kembali mencoba berbagai pekerjaan, mulai dari berdagang hingga bekerja di sektor jasa, yang semakin memperkuat kemampuannya dalam beradaptasi di lingkungan yang penuh tantangan. Kehidupan di perantauan mengajarkan padanya pentingnya kerja keras, ketekunan, dan keuletan. Setiap hari adalah perjuangan, dan ia terus berpegang pada tujuan utamanya: membahagiakan orang tua di kampung halaman. Meski hidup serba terbatas, Bang Jaja selalu menjaga komunikasi dengan keluarga di Japakeh, memastikan bahwa setiap usahanya tidak sia-sia.

Setelah beberapa tahun di perantauan, pada tahun 2008 Bang Jaja memutuskan untuk kembali ke Japakeh. Bagi Bang Jaja, pulang bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan permulaan dari perjalanan baru yang lebih bermakna. Pengalaman bertahun-tahun di perantauan memberinya pemahaman mendalam tentang arti pengabdian, dan ia merasa bahwa semua pelajaran hidup yang diperolehnya dapat dimanfaatkan untuk membangun kampung halaman. Tidak lama setelah kepulangannya, ia melihat kesempatan untuk bergabung sebagai tenaga keamanan di Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie Jaya. Tugas ini dirasanya cocok dengan kemampuan dan pengalaman yang ia miliki.

Menjadi petugas keamanan di KIP bukan hanya pekerjaan bagi Bang Jaja; itu adalah panggilan untuk berkontribusi dalam proses demokrasi di tanah kelahirannya. Dalam posisi ini, ia bertanggung jawab menjaga keamanan kantor KIP dan memastikan proses pemilu berjalan lancar. Tugasnya sangat penting, terutama saat pemilu berlangsung, di mana ia harus menjaga ketertiban dan menghadapi berbagai situasi yang penuh tekanan. Dedikasi dan ketulusan dalam menjalankan tugas ini membuatnya dihormati oleh rekan kerja dan masyarakat. Sebagai petugas keamanan, ia dikenal karena kejujurannya dan sikap profesionalnya dalam menjalankan tugas.

Pelatihan di SPN Lido: Meningkatkan Profesionalisme dalam Keamanan

Bang M (Mirza Funna) Saat Pelatihan di SPN Lido (Dokpri)
Bang M (Mirza Funna) Saat Pelatihan di SPN Lido (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun