Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indahnya Secangkir Kopi Dhuha: Kebersamaan Panwaslih dengan KIP Pidie Jaya

4 November 2024   11:42 Diperbarui: 4 November 2024   12:42 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iswandi (Pak Wandi) Sektretaris KIP Pijay bersama Panwaslih dan jajaran Sekretariat KIP Kopi Bareng (Dokpri)

Suasana adem nan sejuk menyelimuti kawasan istana Cot Trieng tepatnya pinggiran pusat aktivitas perkantoran ibukota negeri Japakeh. Sudut  gedung Tgk Chik Pante Geulima, Pidie Jaya, aroma kopi dhuha mengalun bersama kesibukan penyortiran dan pelipatan surat suara menjelang Pilkada 2024. Di sela hiruk-pikuk persiapan Pilkada 27 November 2024, ada satu momen sederhana yang menghangatkan suasana -- kopi bareng (kobar) dhuha. Kobar ini adalah waktu berharga di mana berbagai tokoh dari KIP dan Panwaslih berkumpul, menikmati kopi dhuha bersama. Momen yang sederhana ini menjadi ruang bagi mereka untuk saling menguatkan, berbagi cerita, dan merenungi makna tugas besar yang mereka jalani bersama.

Di antara yang hadir adalah Iswandi, Sekretaris KIP Pidie Jaya, sosok yang telah lama meniti karier dalam dunia kepemiluan. Iswandi, atau Pak Wandi, dikenal sebagai sosok yang akrab dengan semua stafnya. Pria umurnya mendekati setengah abad itu dengan senyum yang selalu menghiasi wajah, ia memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugas. Kehadirannya di lokasi kobar mencerminkan sosok yang tidak hanya profesional dalam menjalankan tugas, tetapi juga dekat dengan masyarakat, menjunjung tinggi nilai kebersamaan.

Pak Wandi tidak sendiri. Junaidi, yang akrab disapa Pak Keuchik, seorang Komisioner Panwaslih Pidie Jaya, turut hadir. Dengan pakaian gelap yang membuatnya tampak elegan, Pak Keuchik berbincang hangat dengan Pak Wandi, membahas isu-isu kepemiluan yang kian memanas menjelang hari pemungutan suara pada 27 November mendatang.

Dokpri 
Dokpri 

Selain mereka, ada pula dua sahabat, Safrizal yang akrab disapa Pak WA, dan Muhammad Jafar atau MJ. Pak WA adalah sosok yang pernah bercita-cita menjadi perwira Kopassus, namun takdir membawanya mengabdi di KIP Pidie Jaya. Bersama MJ, mantan santri dari Aceh Utara yang kini bekerja sebagai spesialis sopir di KIP, mereka selalu berbagi canda dan tawa di setiap kobar dhuha. Di tengah kobar ini, hadir pula seseorang berpeci putih, menambah kesan khusyuk dan menghargai tradisi dalam kebersamaan mereka.

Nilai Kebersamaan dalam Momen Kobar Dhuha

Momen kobar dhuha di Gedung Tgk Chik Pante Geulima bukan sekadar pertemuan santai. Ini adalah simbol kebersamaan yang memperkuat solidaritas di antara para penyelenggara pemilu dan pengawas, yang masing-masing punya tanggung jawab besar dalam memastikan pemilu berjalan dengan lancar dan adil. Kehadiran Pak Wandi dan Pak Keuchik, serta Pak WA dan MJ, mencerminkan betapa pentingnya kolaborasi dan dukungan antarinstansi di tengah persiapan pilkada. Masing-masing memiliki peran yang saling melengkapi, dan kobar dhuha ini memberikan mereka ruang untuk saling berdiskusi, mengurai tantangan, dan mencari solusi bersama.

Di tengah padatnya jadwal dan tuntutan pekerjaan, kobar dhuha menjadi waktu untuk saling berbagi semangat. Kopi dhuha yang disajikan di momen ini seolah menjadi media untuk mempererat hubungan di antara mereka, menyatukan mereka dalam satu tujuan besar yaitu menjalankan amanah rakyat dengan penuh kejujuran dan dedikasi. Tidak hanya sebuah acara minum kopi, kobar dhuha ini menyimbolkan pentingnya kesatuan dalam keberagaman peran. Di sini, Pak Wandi sebagai Sekretaris KIP dan Pak Keuchik sebagai Komisioner Panwaslih saling menyampaikan pandangan dan menguatkan visi bersama dalam menyukseskan pilkada.

Estetika dalam Secangkir Kopi Dhuha

Kopi dhuha yang mereka nikmati di tengah kobar ini bukanlah kopi biasa. Secangkir kopi hitam pekat dengan aroma khas yang harum menjadi simbol dari nilai kesederhanaan dan keteguhan hati. Warna hitamnya yang kuat menggambarkan keteguhan mereka dalam menjalankan tugas negara, mengingatkan setiap orang akan komitmen untuk tetap berpegang pada prinsip kejujuran dan integritas, meski tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Estetika kopi dhuha ini terletak pada kesederhanaannya yang sarat akan makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun