Cerai, mungkin kata ini adalah kata yang paling kita takuti dan menjadi momok yang sangat menakutkan bagi kita semua sebagai pasangan suami istri. Bahkan, menurut hukum agama, kata itu adalah kata yang sangat tidak boleh dijadikan sebagai bahan becanaan atau lelucon bagi pasangan suami istri. Sebab salah-salah menempatkan kata itu dalam interaksi kita dengan pasangan kita, akan berakibat yang sesungguhnya bagi hubungan rumah tangga kita.
Kondisinya, memang perceraian adalah salah satu "solusi" yang dianggap paling jitu dalam menghadapi masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Cerai dianggap sebagai pilihan yang paling tepat dan sesuai atas "beratnya" masalah yang dihadapi oleh sebuah keluarga. Cerai mungkin juga dianggap sebagai solusi instant dalam penyelesaian masalah keluarga yang banyak dihadapi dan menjadi sebuah kepastian bagi sebuah keluarga.
Padahal, perceraian yang terjadi oleh seseorang atau sebuah keluarga pasti akan berimplikasi terhadap kondisi lain yang akan terjadi setelahnya. Hal yang paling mungkin terjadi adalah terputusnya tali silaturahim antara seseorang dengan orang lain atau antara keluarga dengan keluarga yang lainnya. Dan dampak yang paling parah adalah pengaruh yang akan keluar dan muncul kepada anak-anak yang orang tuanya mengalami perceraian.
Data dari sebuah lembaga penelitian tentang keluarga menunjukkan bahwa 70 persen anak yang memiliki masalah di sekolah atau anak-anak yang sering dianggap bandel dan bermasalah di sekolah disebabkan oleh latar belakang keluarga yang kebanyakan dari mereka adalah yang orang tuanya bercerai. Anak-anak itu menjadi anak yang memiliki karakter terbelah. Sikapnya menjadi lain dengan teman-temannya yang lain. Walaupun memang tidak semua anak yang orang tuanya bercerai akan mengalami masalah tersebut.
Namun, secara psikologi anak-anak yang orang tuanya berpisah atau bercerai pasti akan mengalami masalah yang cukup mengkhawatirkan. mereka akan mengalami satu fase kekurangan kasih sayang yang diberikan oleh orang tuanya baik itu ayah atau ibu nya yang kenyataanya berpisah secara tempat tinggal.
Sebagai sebuah pasangan, kita pasti berharap bahwa pernikahan yang kita lakukan adalah pernikahan yang pertama dan terakhir dalam hidup kita. Kita pasti berharap bahwa segala hal indah yang senantiasa tergambar dari sebuah keluarga yang harmonis akan menjadi lukisan keluarga kita. Walaupun memang pada kenyataannya hal tersebut adalah sesuatu yang sangat sulit terjadi. Bahwa permasalahan rumah tangga adalah suatu keniscayaan yang pasti akan datang dan menjadi "warna" bagi kehidupan keluarga kita.
Muhammad Hamdi, Psi, Seorang Psikolog yang juga dosen di Universitas Indonesia mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang akan menjadi penyebab terjadinya sebuah perceraian dalam sebuah rumah tangga. Faktor-faktor tersebut bila terus terjadi dalam keluarga kita dan gagal kita selesaikan atau ditutup dnegan baik akan menjadi sebuah bola salju besar dan mengakibatkan semakin cepatnya terjadinya proses perceraian. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Penghasilan
Ekonomi memang faktor terbesar terjadinya sebuah perceraian. Ekonomi yang biasanya dipengaruhi oleh penghasilan suami atau istri biasanya menjadi penyebab ketidak harmonisan antara pasangan tersebut. Sang istri yang memiliki harapan yang besar namun tidak dapat menemukannya dalam penghasilan suami akhirnya membuat hidupnya menjadi sulit dan tidak menyenangkan. Sang istri atau suami menjadi hidup dalam tekanan ekonomi dan akhirnya membuat pernikahan mereka hancur.
2. Anak/Keturunan
Banyak keluarga yang gagal karena permasalahan keturunan. Tidak punya anak atau kebanyakan anak terkadang menjadi masalah. Atau kegagalan suami atau istri mendidik anak akhirnya menjadi masalah dan menjadi pemicu terjadinya perceraian antara suami-istri.
3. WIL/PIL
WIL/PIL adalah salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya perceraian antara suami atau istri. WIL atau PIL ini hadir dikarenakan banyak faktor pula. Ketidaksetiaan pasangan memang punya banyak alasan. Namun pasti ketidaksetiaan pasangan tidak akan dapat ditolerir dalam kacamata manusia biasa.
4. Kehidupan Seksual
Banyak pasangan yang akhirnya bercerai dikarenakan oleh faktor seksual. Ketidak harmonisan di dalam tempat tidur ternyata salah satu alasan oula bagi sebuah pasangan untuk mencari PIL atau WIL. Kehidupan seksual yang tidak sesuai biasanya akan mengakibatkan terjadinya proses perceraian.
5. Faktor Personal Pasangan
Faktor personal pasangan biasanya terjadi karena ketidaksiapan pasangan menerima segala kekurangan yang terjadi. padahal hal segala yang terjadi pada pasangan kita adalah hal yang lumrah pasti terjadi. Seseorang pasti tidak akan sempurna seperti apa yang kita inginkan. ketidak siapan kita tersebut biasanya akan membuat perceraian akan semakin mudah terjadi pada keluarga yang kita bangun bersama. (rf)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H