Mohon tunggu...
Gilang Adi M.
Gilang Adi M. Mohon Tunggu... Guru - Guru

Insan yang masih berusaha memyebarkan wawasan kepada anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Pendidikan di Era Society 5.0

5 Desember 2023   09:05 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:07 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di awal kemunculannya pada akhir 2019 yang lalu di Kota Wuhan Provinsi Hubei, Tiongkok, Corona Virus Dieses 2019  (Covid-19) dianggap beberapa kalangan seperti hantu di siang bolong yang hanya muncul sesaat kemudian menghilang dengan sendirinya. Statement ini ternyata diamini oleh beberapa kalangan yang memiliki kekuatan Opinion Leader seperti Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hingga musisi Indonesia Jerinx. Mereka menyatakan bahwa masyarakat yang tidak mempercayai adanya Covid-19 besar kemungkinan tidak akan terpapar virus tersebut. Bahkan pada Januari 2020 lalu Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengandalian Penyakit Kementrian Kesehatan Indonesia, Achmad Yurianto mengatakan bahwa Covid-19 tidak akan menular melalui barang ataupun pakaian. Menurut pendapatnya virus adalah sebuah analog yang sama persis dengan benalu di pohon. Benalu tidak akan hidup di pohon yang mati, sehingga membutuhkan sel hidup.

Faktanya Covid-19 bukanlah hantu yang yang berperan antagonis sebagai 'ghosting' di dalam sebuah lakon, dimana dia hanya muncul sesaat dan menakut -- nakuti kemudian menghilang dengan sendirinya seperti yang dianut kaum post truth atau kaum yang mempercayai suatu berita tanpa menelaah objektivitas yang ada. Lebih dari itu, penyakit yang di dalam agama islam disebut dengan Tho'un ini berkembang begitu masif. Awalanya  Covid-19 hanya dianggap penyakit biasa yang kemudian dengan cepat berubah menjadi virus berbahaya, yang semula berstatus endemic pada akhirnya berubah status menjadi global pandemic yang terus menggerogoti dan menyebarkan ketakutan di seluruh penjuru dunia hingga saat ini.

Kasus pandemic Covid-19 di Indonesia sendiri hingga Selasa, 26 Oktober 2022 terkonfirmasi 6.475.672 dinyatakan positif terjangkit Covid-19, dengan jumlah yang sembuh mencapai 6.297.282 sedangkan yang harus wafat berjumlah 158.475 jiwa. Covid-19 sendiri telah melumpuhkan hampir seluruh sektor di Indonesia, mulai dari sektor perekonomian yang sempat menyebabkan Indonesia sempat berada di jurang inflasi, sektor industri yang menurut Kemenaker RI mengakibatkan 72.983 buruh terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), sektor moralitas yang menyebabkan munculnya prilaku Panic Buying, hingga sektor pendidikan yang menyebabkan berubahnya sistematika kegiatan belajar mengajar dari luar jaringan (luring) menjadi di dalam jaringan (daring). Semua ini terjadi karena munculnya kebijakan global untuk mengurangi dampak dari Covid-19 yang sering kita dengar dengan istilah karantina masal atau lock down.

Diterapkannya pembelajaran dengan sistem daring membuat mekanisme ini bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, karena internet memiliki sifat yang tak terbatas oleh ruang dan waktu. Itu artinya proses belajar dan mengajar di era pandemi tetap terus bisa berlangsung meskipun kebijakan lock down, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), dan kebijakan terkait Covid-19  lainnya terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia selama hampir 3 tahun ini.

 Metode pembelajaran dengan menggunakan internet disebut dengan istilah 'Era Pendidikan 4.0', di mana metode pembelajaran ini mengintegrasikan teknologi cyber secara fisik maupun non fisik di dalam dunia pendidikan. Pada masa ini New Media memberikan peranan yang sangat powerfull, bagaimana tidak selama masa lock down beberapa aplikasi new media seperti WhatsApp, YouTube, Zoom Meeting, dan Google Meet menjadi platform teknologi pembelajaran yang sangat dimanfaatkan oleh tendik dan peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar.

Pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini bersifat desruptif, artinya perkembangan dan inovasinya terasa begitu cepat. Pendidikan 1.0 diartikan sebagai proses eksplorasi ilmu dasar dan pengetahuan, sebagai tahapan awal dari lahirnya teknologi-teknologi baru. Pendidikan 2.0 mulai menghasilkan berbagai macam teknologi. Pendidikan 3.0 melalui alat yang dihasilkan digunakan untuk banyak memproduksi pengetahuan di era 4.0. Pada era Pendidikan 4.0 baik tendik maupun peserta didik dituntut menjadi seorang digital literacy atau melek teknologi, karena pada masa ini manusia menjadikan teknologi sebagai salah satu kebutuhan primer. Berbagai sumber ajar yang biasanya kita dapatkan secara konvensional, pada masa industry 4.0 sumber ajar bisa kita dapatkan dari manapun termasuk dari internet. Pada masa ini pula metode mengajar tidak lagi hanya menggunakan metode tatap muka saja namun juga bisa menggunakan teknologi terbarukan dan  memiliki komunikasi timbal balik antara pendidik dengan peserta didik (Two Ways Communication).

Revolusi industri 4.0 dalam sektor pendidikan menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan berbagai teknologi cyber. Revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikam merupakan lompatan dari era pendidikan 3.0 yang mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi. Perangkat keras dan perangkat lunak, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan jaringan internet. Pendidikan era revolusi 4.0 jauh di atas dari era 3.0 dalam beberapa hal yaitu, pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan munculnya revolusi industri keempat. Dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru.

Namun, disaat dunia pendidikan Indonesia baru saja mengenal istilah revolusi industry 4.0 kini sudah muncul era baru yang bernama Society 5.0. Menurut Ahmad Lutfi, dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Gorontalo, society 5.0 merupakan penyempurnaan dari revolusi industri 4.0, dimana teknologi menjadi bagian dari manusia itu sendiri, bukan hanya untuk berbagi informasi, namun dapat memudahkan kehidupan manusia sehari-hari. society 5.0 menekankan pada kehidupan yang terintegrasi, mudah dan cepat. Pada perkembangan society 5.0 sejumlah informasi lebih banyak berasal dari internet kemudian berada diruang fisik. Pendidikan di Indonesia juga harus sejalan dengan konsep society 5.0. konsep pendidikan di Indonesia harus berubah agar target society 5.0 di masyarakat juga tercapai. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan atau konsep kurikulum yang sejalan dengan perkembangan era. Selain itu dunia pendidikan Indoneisa perlu memiliki rancangan kurikulum yang bermuatan kompetensi berupa kecakapan yang dibutuhkan masyarakat society 5.0

Di era society 5.0 manusia hidup berdampingan dengan teknologi seperti Internet of Things (IOT), Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan, dan Big Data. Di dalam dunia pendidikan ketiga konsep ini bisa diaplikasikan demi terintegrasinya dunia pendidikan dengan society 5.0, diantaranya :

  • Internet of Things (IOT). Penerapan internet of things pada dunia pendidikan perlu dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan teknologi yang telah berevolusi dengan cukup pesat. Selain itu, tentunya kita tidak perlu memperdebatkan kembali tentang pemanfaatan sistem teknologi untuk perkembangan Pendidikan di Indonesia. Belajar dengan interaktif mungkin akan lebih menyenangkan dan lebih menarik. Karena belajar tidak hanya sebagai gambar atau teks saja. Pada saat ini sudah banyak buku teks yang di gabungkan ke situs web dengan menggabungkan antara silabus, video atau animasi, media yang bisa digunakan dalam hal ini adalah Youtube. Selain itu ada pula aplikasi yang dapat melakukan penilaian secara online dengan dilengkapi materi sehingga siswa dapat memperoleh materi dari seluruh mata pelajaran, aplikasi ini adalah google classroom. Aplikasi pendidikan lainnya yang bisa dimanfaatkan adalah Quizizz. Quizizz sendiri, merupakan aplikasi permainan pendidikan yang sifatnya naratif dan fleksibel, selain bisa dimanfaatkan sebagai sarana menyampaikan materi, Quizizz juga bisa digunakan, sebagai media evaluasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran di rumah tentu dapat dengan mudah menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa. Sehingga, dengan adanya kemudahan akses media pembelajaran sekarang ini, Guru dapat menggunakan, kemudian mengembangkan media evaluasi melalui aplikasi Quizizz, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
  • Artificial Intellegence (AI). Penerapan kecerdasan buatan pada voice assistant memiliki kemiripan dengan mentor virtual. Hanya saja Voice Assistant lebih mengandalkan fungsi suara sebagai pusat interaksi dan komunikasi. Voice Assistant juga merupakan salah satu teknologi AI yang paling banyak dikenal dan dimanfaatkan diberbagai bidang, termasuk pembelajaran. Contoh voice asistent yang umum dikenal seperti Google Assistant (Google), Siri (Apple). Voice Assistant memungkinkan para murid bisa mencari materi, referensi soal, artikel, sampai buku dengan hanya berbicara atau menyebutkan kata kunci. Beberapa platform Edutech saat ini juga sudah mengadopsi teknologi Voice Assistant untuk membantu murid menemukan konten serta materi dengan lebih cepat dan praktis. Fungsi AI yang saat ini sudah cukup banyak diterapkan pada berbagai platform teknologi pendidikan terutama yang berbasis daring yaitu sebagai mentor virtual. AI bisa memberikan umpan balik dari aktivitas belajar dan latihan soal para siswa, kemudian memberikan rekomendasi materi yang perlu dipelajari kembali layaknya seorang guru atau tutor. Salah satu contoh penerapannya adalah Blackboard yang merupakan alat yang banyak digunakan di perguruan tinggi di Eropa dan Amerika. Alat AI ini banyak digunakan para professor/dosen untuk mempublikasi catatan, pekerjaan rumah, kuis, dan tes yang memungkinkan siswa dapat mengajukan pertanyaan dan tugas untuk proses penilaian. Sistematika Blackboard ini sendiri diadaptasi oleh perusahaan teknologi terbesar di Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan, Ruang Guru.
  • Big Data secara umum merupakan data yang melampaui daya tampung pengerjaan sistem database konvensional. Data yang sangat masif, mobile, atau tidak serasi dengan struktur arsitektur database. Untuk memperoleh nilai melalui data kita perlu memastikan model alternatif untuk mengoperasikannya. Di Indonesia sendiri perkembangan big data dipandang optimis dan diharapkan dapat menjadi ranah bagi dunia pendidikan demi menciptakan generasi baru yang bisa belajar secara efektif serta efisien tanpa terikat oleh batasan ruang dan waktu. Salah satu bentuk perwujudannya adalah melalui website perpusnas.go.id yang menyediakan berbagai jurnal, buku, dan media lainnya. Big Data lainnya sebagai sumber pembelajaran  bisa didapatkan melalui Repository kampus -- kampus ternama di Indonesia ataupun luar negeri. Sebagai contoh repository.uinjkt.ac.id, repository.ui.ac.id di mana di dalamnya terdapat ribuan jurnal, e-book, skripsi, tesis, ataupun disertasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Selain itu pemanfaatan big data di dalam dunia pendidikan sangat terasa manfaatnya bagi tenaga pendidik untuk membuat E-Raport. Beberapa tahun yang lalu dunia pendidikan masih menggunakan metode konvensional dalam memberikan laporan hasil pembelajaran, namun seiring berjalannya waktu dan semakin canggihnya teknologi di era society 5.0 penulisan laporan hasil pembelajaran pun berubah ke era digital. Dengan e-rapot data -- data akan langsung masuk ke data pokok pendidik dan tidak perlu lagi diinput secara manual. Keberadaan raport online juga sangat menguntungkan bagi wali kelas. Pasalnya, wali kelas sudah tidak terbebani lagi oleh penulisan lembar demi lembar rapor siswa. Selain itu, wali kelas juga bisa lebih mudah dalam memantau proses input nilai dari Tab perencanaan penilaian. Sebab, pengiriman nilai yang sudah dibuat guru mata pelajaran akan terlihat di akun wali kelas dengan gambar checklist bewarna hijau.

Dalam pelaksanaannya akan banyak kendala yang akan dihadapi dalam mengimplementasikan society 5.0 ke dalam dunia pendidikan. Dr. H. A. Zaki Mubarak, beliau merupakan ahli dan praktisi pendidikan di Indonesia menuliskan dengan kutipannya sebagai berikut;"Ada beberapa tantangan yang membuat dunia pendidikan kita sulit beradaptasi dengan dunia revolusi industri 5.0. Pertama SDM tenaga pendidik yang kurang melek dalam literasi teknologi. Mereka disebut 'Digital Immigrant' yaitu sebutan sebagai warga pendatang bagi dunia digital. Yang mereka hadapi adalah anak muda yang sudah sangat dekat dunia digital yang kita sebut dengan 'Native Digital". Teknologi yang dahulu hanya computer applied sederhana, sekarang sudah menjadi ribuan teknologi yang tidak terkejar oleh pendidik. Android sebagi market leader dalam perangkat lunak telah memberdayakan semua orang untuk berperan serta dalam membangun teknologi perangkat lunak. Hingga produknya sangat banyak dan bervariasi. Begitupun, teknologi hardware yang sangat cepat dan kadang kita tidak bisa berpikir untuk menghentikannya. Menyikapi hal tersebut, guru sebagai aktor utama pendidikan tidak boleh tutup mata dan menjadi sosok yang konservatif. Guru hari ini harus lebih pintar dan cerdas dibandingkan murid-murdinya dalam menyikapi perkembangan teknologi yang semakin melesat. Jangan sampai seorang guru memiliki penyakit TBC (tidak bisa computer), mengingat anak didik lebih akrab dengan dunia teknologi dan komunikasi. Keterbelakangan guru dalam dunia iptek akan menjadi bumerang yang akan memengaruhi profesionalitas keguruannya.

Salah satu hal yang harus dilakukan tenaga pendidik dalam menghadapi era society 5.0 adalah beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Everet M. Rogers di dalam bukunya A History Of Communication Study mengemukakan bahwa manusia harus bisa beradaptasi dengan inovasi -- inovasi yang selalu muncul dari waktu ke waktu. Jika manusia tidak mampu beradaptasi dengan inovasi maka ia yang akan tenggelam oleh perkembangan zaman. Jika seorang tenaga pendidik hanya menggunakan media konvensional maka akan menyebabkan penguasaan materi yang dihasilkan siswa kurang maksimal dan siswa juga kurang berfikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun