Mohon tunggu...
Deddy Panjaitan
Deddy Panjaitan Mohon Tunggu... -

semangat www.bangdepan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cari Pelaris Malah Bunting

28 April 2011   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu kali saya diberitahu tentang nasib dua orang ibu dan anak yang datang dari Palembang, sedang terlunta-lunta nasibnya di kampung orang.  Saya diminta menjumpai ibu ini dirumah salah seorang warga desa.  Lalu mereka menuturkan kisah yang mereka alami.  Ibu ini kira-kira berusia 50 tahun, tinggi dan putih, sementara putrinya berumur kira-kira 20 tahun, kulit agak putih dan cantik.

Pekerjaan ibu ini adalah pedagang dan dia berambisi agar daganganya laku keras dipasaran.  Awalnya temanya yang berasal dari jawa tengah mengusulkan sebuah ide bahwa dia punya teman dijawa yang dapat mengabulkan segala keinginan tersebut. Tanpa berpikir panjang ibu ini segera menyambut ide ini dan berangkat menumpang bus.  Tibalah ibu dan anak ini disebuah desa dan langsung menemui seorang bapak-bapak yang berumur kira-kira 50 tahun yang konon katanya dapat memberikan pelaris untuk usaha ibu ini.  Lalu bapak inipun membandrol sebotol kecil pelaris dengan harga 1,5 juta rupiah.  Pelaris tidak langsung diberikan melainkan disuruh menunggu beberapa hari lagi walaupun uang sudah diserahkan.
Ada apa dibalik itu? hanya sibapak itu yang tahu.  Ternyata sibapak ini sudah niat buruk.  Sejak pertama dia bertemu melihat anak gadis ibu ini, hatinya langsung kepincut dengan kemolekan gadis ini.  Bapak yang sudah beranak istri ini sengaja mengulur waktu beberapa hari supaya akal busuknya tercapai dengan sukses, sebab seribu satu macam alasan dilontarkan setiap kali menagih pelaris yang sudah di belinya.   secara diam-diam si bapak ini mulai menjalankan ilmu peletnya kepada anak gadis ibu ini sehingga gadis ini selalu merasa kangen dan mencari-cari bapak ini....padahal si bapak ini...udah jelek..tua..miskin lagi..tapi ilmunya cukup manjur sehingga membuat gadis ini tergila-gila padanya.

Bak anak muda yang sedang di mabuk asmara, si bapak ini setiap jam selalu sms dan telpon dengan sedikit modal bahasa gaul ala ABG selalu merayu dan menggoda gadis ini.  Anehnya kadang-kadang gadis ini merasa ketakutan bila melihat bapak ini, namun di lain waktu dia kangen sekali, apalagi kalau si bapak itu datang menemuinya dia tidak bisa berkutik.

Singkatnya...bapak ini sukses memperdaya ibu dan gadis muda ini dengan ilmu peletnya.  Akibatnya gadis muda ini tanpa sadar telah merelakan tubuhnya kepada bapak tua ini berkali-kali.  Akhirnya kemudian gadis inipun hamil dan hidup terlunta-lunta.  Seperti terhipnotis si ibu pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan anak gadisnya dari cengkraman si bapak tua yang licik.  Ibu dan anak ini telah tertipu luar dalam, pelaris tidak di dapat yang dapat justru musibah.  Secara tidak sadar ibu ini telah mengorbankan putrinya demi ambisinya menjadi pedagang yang laris nan kaya.  Setelah diselidiki ternyata ibu ini bukan kali ini saja mencari pelaris, sebelumnya sudah pernah berguru di gunung kawi minta wangsit agar cepat kaya.

Pelajaran penting: Rejeki, kekayaan yang benar datangnya dari Sang Pencipta, tapi harus dikerjakan dengan doa dan usaha yang tekun.  Godaan untuk cepat kaya tanpa kerja keras menjadi jalan pintas menuju angkara murka.  Jangan lupa kekayaan yang berasal dari Setan tidak akan bertahan lama.  Perlu di ingat, kekayaan bukanlah tujuan hidup di dunia ini.  Berapapun rejeki yang di berikan oleh Allah asal di syukuri dan ikhlas menerimanya akan bahagia hidupnya.  Oleh sebab itu cari dahulu kerajaan Allah dan kebenaranya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.  Utamakan Tuhan dalam seluruh aspek hidup kita maka berkat akan menyertai hidup kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun