Mohon tunggu...
Danil Fahmi
Danil Fahmi Mohon Tunggu... Bankir - Anak Kampung | Bankir | Advokat

Hidup nekad mati muda Hidup tak bertujuan Mati tak berkuburan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waktu Akan Tidur

23 Juli 2019   21:45 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:52 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lampu kamar sudah dimatikan, dan seorang ayah tidur bersama dua dari tiga putranya ditempat tidur tingkat yang setengah jadi.
Dan ia pun memulai cerita nya.

"Kalian beruntung, bisa tidur bersama ayah kalian, ayah dulu tak pernah, karena atok kalian seorang penjaga malam. Kalian beruntung karena masih bisa shalat maqrib berimam, makan malam bersama dan masih bisa mengadukan hal-hal keperluan kalian. Ayah tak pernah, ditemani belajarpun tidak, tak pernah ditanyakan keperluan keperluan ayah bahkan tak pernah disuruh suruh menghafal.

Ayah bukanlah apa apa, Atok kalianlah yang hebat, Ia mampu menyekolahkan dua putranya hingga menjadi sarjana. Dia orang yang bahagia dalam hidup, walaupun hanya seorang pekerja biasa dan hidup sederhana. Ia orang yang bahagia, karena banyak murid mengajinya, banyak pula hafalan ayat ayatnya.

Ayah tak pernah mengkhawatirkan kalian menjadi apa, yang ayah cemaskan kalian tak mampu menghadapi hidup ini. Maka belajarlah ...
Jadilah sesuatu dan jadilah orang orang yang merdeka. Orang yang membebaskan dirinya utk belajar, menikmati alam, bersahabat dan berteman, menikmati waktu bermain. Itulah merdeka. Orang malas bukan orang yang merdeka, karena terkungkung kemalasannya.

Bila kalian dewasa nanti, bebaskan bangsa ini dari pembodohan dan kebodohan. Kapitalis itu pembodohan. Karena bisanya membodohi orang lain.

Saat ini ...
Dimana ayah masih sehat, ayah masih disamping kalian, maka belajarlah dengan sungguh sungguh, karena besok, bisa saja ayah tak lagi disini, ayah tak lagi sehat dan kuat. Belajar itu cukup hanya membaca. Memindahkan isi buku menjadi isi kepala kalian. Tak usah bingung apa itu belajar.

Sudahlah ... istirahat lah...
Ayah sayang kalian ..."

Kemudian sang ayah mencium kening kedua anaknya dan mereka berlinang air mata. Tak sadar, nasehat sang ayah sudah begitu dewasa utk anak sekecil mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun