Mohon tunggu...
Danil Fahmi
Danil Fahmi Mohon Tunggu... Bankir - Anak Kampung | Bankir | Advokat

Hidup nekad mati muda Hidup tak bertujuan Mati tak berkuburan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hampir Senja di Tanah Karo

17 Juli 2019   21:13 Diperbarui: 17 Juli 2019   21:15 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari hampir senja kala itu
Awan dingin bercampur embun hampir menutupi jalanan aspal menghitam ....
Di tengah keramaian .... Kau disampingku
Mencoba memilih milih
Angkutan yg akan mengantar kekota yg pernah mempertemukan kita dulu ....
Sekilas balik episode .....
Aku msh mengingat wajah imut yg tak ragu ...
Bahkan dikalamana aku sendiri masih ragu ....


Tiada tempat tersisa,

Hanya hari hampir habis petang dan malam menjadi gulita tak bersahabat ....
Tepat di kala mana,
Aku mengamati mu dari belakang ....
Memperhatikan bahkan sesekali merapikan jilbabmu yg menjuntai disimbah angin

Yang berlawanan arah dgn angkutan yg kita tumpangi ...
Membaui aroma tubuhmu yang khas ...
Kian menggila ...

Menjelajahi sepenurunan bukit-bukit ringan berkelok ....
Masih kuingat jilbabmu ...
Masih kuingat wajah imutmu yg tak ragu

--------------------------------------------------------------------
Tak lekang Masih kulihat kau dari belakang ...
Seakan melupakan bahwa sebenarnya kita tak berada didunia kita sendiri ....

Kadang aneh bercampur heran ....
Merasa aneh krn menjadi heran ...
Merasa heran krn semua menjadi aneh
Aneh krn tiba-tiba keinginan itu menyelinap di pelepah dan ranting pepohonan

Yang menjuntai dijalanan yg kita turuni bersama ...

Melambai ... 

Memekikkan pesan dan teriakan yg menggugah : "Peluk dia" ....
Merasa heran krn semua menjadi aneh karena ada rasa ingin memelihara mu ....

Keanggunan mu msh terasa hingga kini ...
Logat dan dialekmu yg khas masih terngiang digendang telinga kecilku
Kesan mendalam yg kau tinggalkan pd pria lugu yg kini telah matang
Pria lugu yg kini tergugah kelaki lakiannya atas kenangan romansa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun