"Bapak hanya bisa menitipkan ini sebagai bekal untuk masa depanmu", sambil menyerahkan selembar kain sarung ketika aku minta izin untuk merantau ke ibukota.Â
Peristiwa puluhan tahun yang lalu seakan melintas setiap peringatan" Hari Ayah Sedunia " tanggal 12 November. Mungkin ada yang bertanya-tanya, selembar kain untuk bekal masa depan. Sarung apa? Saring sutera, sarung ajaib atau sarung bertuah? Sarung biasa seperti yang kita lihat setiap hari, tetapi makna dari sarung itu yang penting untuk diceritakan disini.Â
Aku pun berfikir sama, apa sih istimewanya sarung dan mengapa bapak memberikan sarung ini kepadaku. Dengan penuh kasih sayang sambil mengelus rambut dan aku berbaring dikakinya, Bapak bercerita.Â
"Nak, dengan sarung ini Bapak berharap dengan segala kondisi apapun kamu tidak melupakan kewajibanmu untuk shalat lima waktu. Shalat itu yang akan melindungi kamu dari perbuatan jahat karena kamu akan hidup sendiri di rantau orang. Tetapi sesungguhnya kamu tidak sendiri, karena Allah selalu bersamamu, menjaga dan mengawasimu, "kata bapak.Â
Sarung ini juga yang akan melindungimu dari dinginnya malam dan gigitan nyamuk saat tidur. Sebagai pengobat rindu saat kamu rindu pada keluarga. Jadilah lelaki yang bertanggungjawab, bertanggungjawab pada diri sendiri, pada keluarga dan pada Tuhanmu. Jika kau ingat sarung, kamu akan nasehat bapak, dan jika kau memakainya maka kamu ingat kewajiban pada Tuhan, dan kami ada bersamamu.Â
Maka bapak memberikan sarung ini kepadamu, sebagai kasih sayang bapak dan juga harapan bapak kepadamu. Bapak tidak memiliki harta yang bisa diberikan kepadamu, tetapi bapak punya do'a dan harapan kepadamu, karena kamu lelaki yang kelak akan menjadi imam keluargamu.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H