Sebuah tarian berisi pesan yang disampaikan lewat gerak diiringi gamelan atau  tetabuhan. Setiap gerak dan langkah melambangkan makna dan pesan yang ingin disampaikan. Begitu juga dengan Tari Soko Guru yang diciptakan Yuli Tri Astuti (30) dari Sanggar Puspa Rinonce, Purwodadi, Tonjong, Brebes.
Tarian Soko Guru menceritakan bahwasanya  semesta alam milik Tuhan yang  menitiskan do'a-do'a dalam melayari sebuah harapan setiap insan. Pancer Papat (Soko Guru)  merupakan getaran spiritual dimana manusia berada ditengah perpotongan penjuru mata angin dan akan menjadi gelombang-gelombang syaraf yang akan menjadi perwatakan.
Ketetapan pola keseimbangan, pola pikir akan menciptakan daya yang kuat untuk mengambil sebuah pilihan diantara jenjang atau tangga dari satu harapan. Hidup merupakan sebuah proses atau perjalanan menuju harapan. Setiap insan akan membawa watak atau tabiat dari wuku yang menaunginya.Â
Kecintaan pada seni tari yang sejalan dengan latar belakang pendidikannya membuat Yuli Tri Astuti yang juga pengajar di SMA Negeri 1 Bumiayu mendirikan sanggar tari. Sanggar yang diberi nama Puspa Rinonce yang berarti rangkaian bunga.Â
Sejarahnya sanggar ini dibuat sebagai bentuk kecintaan pada seni dan budaya Brebes yang berbeda dengan kabupaten lain di Jawa Tengah. Di wilayah Brebes bagian selatan banyak sekali generasi muda yang berminat dibidang tari, namun sangat disayangkan mereka lebih condong ke tari modern atau budaya barat. Â
Dengan tekad dan fasilitas seadanya dan mengucap bismillah akhirnya sanggar Puspa Rinonce terbentuk. Sanggar tari Puspa Rinonce menerapkan basic menari dengan Tari Jawa sehingga mengalami pasang surut peserta didik yang mayoritas siswa SD. dan SMP.Â
Namun semua itu tidak membuatnya surut bahkan menjadi tantangan tersendiri. Â Bahkan disetiap akan diselenggarakan event atau kejuaraan banyak masyarakat yang les privat untuk belajar menari.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)