Gerak gemulai, gesit dan trengginas ditingkahi bunyi gamelan dan rampak gendang mengiringi pagelaran malam itu. Suara merdu yang mengalun menyanyikan kawih sunda laksana mantera yang merasuk para penari dari Sanggar Binendrang Jipang, Bantarkawung.Â
Suasana khidmat muncul menyelinap diruang kalbu tiba-tiba berubah menjadi gerakan dinamis menyambut suka cita seperti meraih asa yang lama diidamkan.Â
Tingkah polah lucu dari babodor yang mengiringi pagelaran membuat epik Pagelaran Binendrang Mapag Kabagjaan yang tampil memukau dan menghipnotis para penontonnya.Â
Dibuka dengan tarian Soko Guru dari Sanggar Puspa Rinonce yang menggambarkan semesta milik Tuhan yang menitiskan doa-doa dalam melayani sebuah harapan.Â
Pancar papat merupakan getaran spiritual dimana manusia berada ditengah perpotongan penjuru mata angin. Nuansa Jawa sangat kental terasa dalam suguhan Tari Soko Guru berpadu dengan nuansa Sunda yang tak kalah kental dalam Tarian Sumbi Lara.Â
Harmonisasi dua budaya menjadi kebudayaan Brebes yang membentuk karakteristik masyarakatnya lembut, bersahaja, trengginas, tegas dan dinamis.Â
Mapag Kabagjaan yang berarti Menanti Kebahagian benar-benar terwujud malam ini. Harapan dari sang pelestari seni Sunda yang mulai menapak dan merangkak ditengah lingkaran budaya Sunda dan budaya Jawa di Kabupaten.Â
Kebahagiaan bisa tampil dihadapan wakil bupati Brebes Bapak Narjo, SH, Â MH dan dihadapan tamu undangan dan turunnya level PPKM di Kabupaten Brebes sehingga pementasan ini bisa digelar sekaligus sebagai simulasi bagaimana menggelar seni pertunjukan.Â