Seringkali kalau ada acara ulang tahun atau acara yang melibatkan anak-anak ditampilkan boneka badut. Atau juga ditempat wisata disambut sepasang boneka karakter kartun sebagai penarik pengunjung.Â
Sejak maraknya film kartun seperti Doraemon, Ipin Upin, Dora Explorer merubah karakter boneka badut yang lucu dan kadang bikin takut anak-anak ke karakter film kartun. Dari sini muncul istilah apa yang disebut Boneka Mampang berdasarkan asal-usul keberadaan pertama kalinya.
Awalnya boneka mampang seperti dijelaskan di atas untuk kegiatan ulang tahun atau wisata untuk menarik minat pengunjung anak-anak. Tetapi sekarang mulai sedikit bergeser menjadi profesi dadakan. Kita bisa melihat boneka mampang di jalanan sekitar lampu merah atau berkeliling dari kampung ke kampung.Â
Mereka mengamen secara solo atau sendiri tetapi sering dilihat juga berdua atau berkelompok walau jarang. Kebanyakan pemeran atau peraga boneka mampang anak-anak usia sekolahyang seharusnya masih aktif di sekolah.Â
Boneka mampang boleh dikatakan alat penghibur masyarakat tetapi bukan produk seni. Karena tidak memiliki unsur cerita dan kreativitas hanya seputar itu saja, Â beda dengan Barongsai, Wayang Potehi, Wayang Orang dan lainnya yang memiliki unsur seni, edukasi, narasi dan petuah.Â
Di Brebes ada tradisi atau pertunjukan yang menggunakan sarana boneka atau mirip boneka dengan menggunakan media lain. Sebagai contoh Benta-Benti, Penganten Tebu, Dog Dog Banjar, Nini Cowong, Burok, Sisingaan dan masih banyak lagi.Â
Media pembuatan boneka ada yang terbuat dari kelapa (bluluk), sendok sayur dari batok kelapa (irus), tebu, dan jerami padi. Selain sebagai hiburan juga digunakan sebagai mediator ketika ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan karena lemahnya saksi atau kasus yang tidak terungkap.Â
Sedangkan yang banyak mengandung unsur seni dan hiburan adalah Seni Burok. Seni yang memvisualisasi jenis-jenis binatang ke dalam bentuk boneka. Dengan tenaga manusia baik masuk ke dalam kerangka boneka atau mengusung, mereka berkeliling mengarak penganten sunat.
Lagi-lagi pengaruh zaman modernisasi, seni burok sekarang lebih banyak menyanyikan lagu-lagu dangdut sebagai pengiring arak-arakan, Â tetapi itu sah saja untuk menarik masyarakat untuk menonton.Â
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H