Perempuan paruh baya dengan kulit yang terbakar matahari asyik dengan kain batiknya. Kain batik punya juragan yang dipercayakan kepadanya untuk dibuat rumbai-rumbai diujung kain. Lima Belas Ribu Rupiah dia terima untuk selusin kain batik yang berisi dua puluh kain. Â Sebuah penghargaan yang tidak sebanding dengan kerumitan yang dia dikerjakan.Â
Namun dari selusin kain batik yang dia terima tidak bisa diselesaikan dalam satu hari. Dalam sehari hanya mampu dia selesaikan dua kain, apalagi jika malamnya masih lengket menempel. Maka kalau dihitung dalam sehari pendapatannya tak lebih dari Dua Ribu Rupiah. Namun beruntungnya usaha yang dilakukan setelah urusan rumah selesai tidak menjadi mata pencaharian pokok.Â
Wanita-wanita tersebut setiap hari berada di pemakaman yang berada di tengah kota. Mereka berharap sedekah dari para peziarah yang mendatangi makam tersebut. Tidak selalu ramai hanya di hari-hari tertentu di akhir pekan atau peringatan hari besar.Â
Namun mereka selalu bersabar untuk menunggu peziarah yang datang dari berbagai kota. Baginya rezeki sudah ada yang mengatur yang terpenting adalah usaha dan halal. Karena Tuhan takan pernah menyia-nyiakan usaha umat-Nya.
(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng |)
Lihat Humaniora Selengkapnya