Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mak Miti dan Waduk Malahayu, Satu Hati dalam Kehidupan

24 Agustus 2020   17:59 Diperbarui: 24 Agustus 2020   17:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia tak menghalangi untuk berhenti beraktivitas, jarak tak menyurutkan tekadnya untuk mengais rezeki. Di usia yang ke-65, Mak Miti masih mencari rezeki dari bada subuh sampai sore menjelang. 

Ibu dari tujuh putra-putri dengan enam belas cucu mencari rezeki dengan mencari ikan mendo di Waduk Malahayu. Uang yang didapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan jajan cucu-cucunya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Bagi Mak Miti,  anak dan cucunya adalah segalanya sejak suaminya meninggal dunia. Maka, apapun akan dilakukan untuk membahagiakan mereka. 

Bekerja adalah ibadah, membahagiakan keluarga adalah kewajibannya. Maka setiap hari dia berada di sekitar waduk untuk mencari ikan mendo untuk dijual ke pengunjung atau ke pengepul. Tak kurang dari 30.000 dia dapatkan dari hasil penjualan ikan, tetapi kalau lagi baik cuacanya bisa lebih dari 50.000 setiap harinya. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Berapapun hasilnya harus selalu dia syukuri, karena berapa pun yang didapat sudah diatur Allah. Yang terpenting ada usaha dan ikhtiar dari kita, berapa pun yang kita dapat kalau kurang bersyukur maka akan selalu kekurangan. Doa yang selalu dipanjatkan, dia minta selalu diberi kesehatan dan air waduk jangan surut. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Ada hubungan batin yang kuat antara dirinya dan Waduk Malahayu. Dia selalu berada di waduk setiap harinya. Ikan mendo adalah ikan endemik yang hanya ada di situ sehingga sering disebut ikan ktp. 

Dari lahir, bermain, besar dan mencari nafkah selalu di situ, ikatan batin dan emosionalnya begitu kental. Maka dia sedih ketika air waduk surut dan kering, karena kehidupan sebagai pencari ikan mendo akan terhenti. 

(KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun