Salah satu unsur pendukung dari desa wisata (Deswita) adalah kuliner, selain daya tarik wisata, seni tradisi, Â homestay dan kearifan lokal lainnya. Kuliner menjadi suguhan kepada pengunjung yang datang baik untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Bahan yang hanya terdapat di daerah tertentu, Â cara memasak, Â citarasa dan kemasan yang unik menjadi dayatariknya.
Sebagai contoh ketika penulis berkunjung ke Deswita Tegal Waton, Semarang. Â Selain disuguhkan panorama yang indah dengan umbul disetiap pedukuhan, penulis juga disuguhkan nasi jagung sambel tumpang sebagai hidangan makan siang. Nasi jagungnya mungkin biasa tetapi lauk pauknya yang bikin lidah kita bergoyang dengan cepat.Â
Yang membedakan sambel tumpang dengan sambal lainnya, bahan untuk sambel tidak digoreng tetapi dikukus atau ditumpangi pada saat menanak nasi. Ditambah pada saat proses pembuatan sambel ditambah tempe bonto yang dihaluskan dan tahu goreng. Aroma tempe bonto yang khas dan tahu itulah yang membedakannya.
Sepiring nasi jagung, urab daun adas, sambel tumpang, Â ikan asin dan peyek teri menjadi menu makan siang. Walau sederhana dengan pengemasan yang menarik dibumbui story telling tentang filosofisnya, maka suguhan yang biasa menjadi luar biasa. Mari berkreasi dengan kuliner tradisional dengan suguhan yang berbeda akan menaikan pamor kuliner tradisional. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng|)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H