Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kembang Api dan Lebaran Bagaikan Gula Teh

25 Mei 2020   06:36 Diperbarui: 25 Mei 2020   07:55 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas ramadhan pergi menyambut fajar fitri seketika itu langit berkilau penuh warna-warni. Ribuan kembang api ditembakan ke angkasa untuk melepas kepergian ramadhan dan menyambut iedul fitri. Entah tradisi darimana rasanya sudah jamak setiap hari lebaran identik dengan bunyi petasan diantara gema takbir dan tahmid. 

Kita tidak bisa melarang kebiasaan ini karena sudah berlangsung lama tetapi hanya bisa menghimbau. Kita pun harus bisa menghargai ekspresi masyarakat dalam menyambut kemenangan dan merayakan lebaran. Walau kini tak semeriah dulu,  kesadaran masyarakat dan pengetahuan agama yang semakin baik. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Pagi hatinya setelah kita turun dari masjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat ied disambut dentuman petasan dengan berbagai ukuran. Saling saut-sautan dari satu tempat dengan tempat yang lain,  bau bubuk mercon dan asap membumbung tinggi dan sampah kertas bekas petasan berserakan dimana-mana. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Perjalanan ke makam untuk nyekar ke kerabat yang sudah meninggal seperti berjalan di medan perang. Banyak asap dan bunyi dentuman mercon,  tetapi masyarakat cuek dan menerima kebiasaan ini. Masyarakat mendapatkan mercon dengan cara merakit sendiri,  dulu ada yang menjual mercon sebelum ada larangan penjualan mercon. 

Malah ada satu kebiasaan masyarakat yang namanya "Mregodog" yaitu mercon yang dirangkai dengan berbagai ukuran hingga beberapa meter. Biasanya setelah jarak 30 centimeter diselingi mercon yang ukuran sedang dan yang terakhir ukuran besar atau "Boom"nya.

Nah Mregodog ini dinyalakan setelah pulang shalat ied di tengah lapangan atau tempat yang tidak mengganggu. Biasanya ditautkan atau digantung di pohon besar atau pakai kayu. Masyarakat melihatnya dari jauh dengan berbagai ekspresi,  ada yang menutup kuping, tutup mata bahkan ada yang melotot menyaksikan. 

Nah itu kebiasaan di tempat kami dalam menyambut Lebaran,  walau penulis sendiri tidak begitu suka dengan petasan karena takut. Tetapi suatu kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan masyarakat menikmati kita harus bisa menghargai. Lebaran dan Petasan seperti wedang teh dan gula saling melengkapi dan menjadi bagian dari lebaran. Bagaimana cerita petasan di tempat kompasianer?  Kami tunggu artikelnya. (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng|)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun