Selepas ramadhan pergi menyambut fajar fitri seketika itu langit berkilau penuh warna-warni. Ribuan kembang api ditembakan ke angkasa untuk melepas kepergian ramadhan dan menyambut iedul fitri. Entah tradisi darimana rasanya sudah jamak setiap hari lebaran identik dengan bunyi petasan diantara gema takbir dan tahmid.Â
Kita tidak bisa melarang kebiasaan ini karena sudah berlangsung lama tetapi hanya bisa menghimbau. Kita pun harus bisa menghargai ekspresi masyarakat dalam menyambut kemenangan dan merayakan lebaran. Walau kini tak semeriah dulu, Â kesadaran masyarakat dan pengetahuan agama yang semakin baik.Â
Malah ada satu kebiasaan masyarakat yang namanya "Mregodog" yaitu mercon yang dirangkai dengan berbagai ukuran hingga beberapa meter. Biasanya setelah jarak 30 centimeter diselingi mercon yang ukuran sedang dan yang terakhir ukuran besar atau "Boom"nya.
Nah Mregodog ini dinyalakan setelah pulang shalat ied di tengah lapangan atau tempat yang tidak mengganggu. Biasanya ditautkan atau digantung di pohon besar atau pakai kayu. Masyarakat melihatnya dari jauh dengan berbagai ekspresi, Â ada yang menutup kuping, tutup mata bahkan ada yang melotot menyaksikan.Â
Nah itu kebiasaan di tempat kami dalam menyambut Lebaran,  walau penulis sendiri tidak begitu suka dengan petasan karena takut. Tetapi suatu kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan masyarakat menikmati kita harus bisa menghargai. Lebaran dan Petasan seperti wedang teh dan gula saling melengkapi dan menjadi bagian dari lebaran. Bagaimana cerita petasan di tempat kompasianer? Kami tunggu artikelnya. (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng|)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H