Setiap melihat warna-warna kue-kue tradisional selalu timbul keceriaan, kegembiraan karena kue tersebut dibuat oleh tangan-tangan terampil ibu-ibu. Kue yang dibuat penuh dengan cinta untuk menghidupi keluarga dan cinta untuk negeri, Â melestarikan kuliner tradisional Indonesia.Â
Warna-warni cerah kue bukan didapat dari pewarna buatan tetapi pewarna alami seperti dari daun suji, Â pandan dan daun lainnya. Nama-nama makanan pun menunjukan identitas dan filosofi yang mengikat dengan bentuk, Â sesuai fungsinya juga. Â Jolang, Â Cenil, Buras, Lepet, Dodol, Wajik, Alu-alu, Cetot dan masih banyak lagi.Â
Kue-kue dalam packaging yang masih sederhana dengan harga terjangkau masih banyak kita jumpai di pasar. Â Dengan sentuhan packaging yang bagus dan tempat yang bagus seperti cafe dan mall, Â maka harga pun berubah drastis. Â Semarak kue-kue tradisional seiring hari pasaran meningkat penjualannya. Untuk acara bangun rumah, Â hajatan, Â disawah, kegiatan masyarakat dan keagamaan. Â Kue-kue ini akan selalu ada seiringngan dinamika masyarakat pedesaan.Â
Dedikasi pada profesi dan melestarikan sseni jajanan tradisional yang membuat mereka bertahan. Â Seandainya sudah tidak ada ibu-ibu yang melestarikannya tentu anak cuvu kita hanya akan melihat gambar tanpa pernah merasakan nikmatnya kue tradisional. Â Perlu kerjasama dengan anak-anak muda yang kreatif yang memadukan kue tradisional dengan tekhnologi masa kini. Â Kemasan, promosi dan pemasaran akan menaikan kelas kuliner tradisional tanpa merubah bentuk, citarasa dan filosofinya. (KBC-5|Kompasianer Brebes Jateng)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H