Mohon tunggu...
Bang Auky
Bang Auky Mohon Tunggu... Freelancer - KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pariwisata adalah locomotif ekonomi baru dimana banyak gerbong yang mengikuti dari UMKM, Transportasi, Pemandu Wisata, Hotel dan Restoran, Seniman, Souvenir dan mitra-mitra pariwisata yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Harus Mundur Ketika Menanam Padi?

13 April 2020   19:23 Diperbarui: 13 April 2020   19:34 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin pagi seperti biasa berangkat kantor dengan hati yang riang. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti musik di hape. Perjalanan dari rumah ke kantor membutuhkan waktu 20 menit. Perjalanan yang mengasyikan karena kiri kanan terhampar sawah yang luas

Sedang asyik-asyiknya berkendara kulihat ibu-ibu yang menanam padi disawah,  asyik buat konten Kompasiana . Aku turun sambil jeprat-jepret ibu-ibu yang menanam padi,  dan kulihat mereka bekerja sambil mundur. Nah bayangin saja mereka bekerja mundur saja rapi,  apalagi kalau maju. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Menanam padi atau "Tandur" menata sambil mundur adalah satu proses penanaman yang bukan biji-bijian.  Yang ditanam adalah persemaian atau benih yang sudah punya akar. Mungkin bagi teman-teman Kompasiana yang tinggal di kota tidak begitu akrab dengan aktivitas ini,  beda dengan yang tinggal di desa. 

Tandur sebagai tradisi menanam padi juga punya falsafah atau makna yaitu mundur untuk maju, semua ada ukuran, kesederhanaan, rendahati dan kerja keras. 

  • Mundur untuk maju, didalam mewujudkan cita-cita jangan selalu berfikir selalu maju atau menyerang. Tetapi sesekali kita mundur untuk menyusun strategi agar mencapai hasil yang maksimal. 
  • Semua ada ukurannya, menanam padi juga pakai ukuran tidak asal tanam. Rengkek sebagai alat ukur dan plantir untuk tambatan. Bahwa kita hidup punya aturan yang harus dipatuhi patuhi baik sosial maupun pemerintahan.
  • Kesederhanaan,  hanya menggunakan rengkek dan plantir tapi bisa menghasilkan tanaman padi yang melimpah.  Tidak perlu sombong atau atau riya tapi bersikaplah sederhana untuk mempunyai potensi yang luar biasa. 
  • Rendah hati,  belum pernah kita lihat orang tandur mendongak kepalanya tetapi selalu menunduk.  Simbol kesederhanaan harus dimiliki, sepandai-pandainya kita,  sekaya-kayanya kita masih ada yang melebihi kita, Tuhan Yang Maha Esa. 
  • Kerja Keras,  tiada perjuangan yang mengkhianati hasil. Bahwa apapun hasil yang kita raih didapat dari kerja keras, tidak ada malas-malasan. Karena hanya dengan kerja keras apa yang kita inginkan Insha Allah tercapai. 

Filosofi yang begitu agung dari para leluhur kita,  semua punya makna dan simbol yang kuat.  Tandur aktivitas yang sederhana ternyata filosofinya sangat dalam. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan falsafah bangsa kita. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng) 

Dok. Kombes
Dok. Kombes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun