Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tips Menulis Berita ala Pepih Nugraha

3 Juli 2015   02:12 Diperbarui: 3 Juli 2015   02:19 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin ini menjadi petualangan Kakak Bin dan Adik Anin yang tak terlupakan. Meski bukan kemping yang sebenarnya, paling tidak mereka sudah mempersiapkan diri untuk menginap semalam di daerah asing untuk kemudian berjalan kaki setelah shalat Subuh menuju tempat yang benar-benar baru. Bahkan, sudah jauh-jauh hari mereka merencanakan hal ini. "Jangan lupa bawa tenda ya, Bi," ujar Adik Anin bergairah. Sosok itu sendiri hanya mengiyakan sambil berpikir apakah mungkin membawa tenda dengan dua anak di atas satu motor? Mungkin bisa. Tapi lihat saja nanti bergantung jumlah blogger #KBandung yang akan hadir.

Waktu maghrib sudah lama lewat, begitu pula dengan adzan Isya. Dan akhirnya, baru pada pukul 9 malam mereka bertiga bisa meninggalkan rumah. Mengenakan jaket tebal karena akan menuju kawasan yang udaranya sudah pasti jauh lebih dingin. Karena saat itu malam minggu (6/6/2015) maka sosok itu lebih memilih jalan pintas melewati Cikutra untuk selanjutnya menyisir sisi lapangan golf Dago Resort, Cigadung. Jalanan telah sepi, sosok itu harus menenangkan kedua putrinya bahwa perjalanan malam itu menyenangkan meski menegangkan. Apalagi saat mulai menanjak di Ciburial. Sepi. Gelap. Dingin. Petualangan yang mengasyikkan. Semoga.

Alhamdulillah malam itu mereka berhasil touchdown di Pesantren Babussalam. Bertegur sapa dengan Bunda Intan dan Kang Fajar selaku tuan rumah, juga ngobrol asyik dengan Mbak Wawa dan Susanti Hara. Malam yang panjang. Anak-anak pun terlelap di lantai tiga dengan selimut tebal. Paginya (7/6/2015), trekking asyik dijalani dengan penuh emosi. Takut akan anjing kampung yang memang bertebaran di mana-mana. Menggeram dan menggonggong. Rasa trauma tumbuh kembali. Juga rasa letih sehingga memaksa sosok itu untuk menggendong Adik Anin. Harus kuat tentu saja. Selebihnya adalah petualangan. Menuju Tebing Karaton melalui jalan kampung yang tidak biasa. Menyapa pagi dengan lebih menyenangkan, menyapa para warga yang baru membuka pintu dan jendelanya. Juga jurus bertanya agar tidak salah jalan. "Parunten, Buuu."

Pernah Juara 3 tingkat Kabupaten Tasikmalaya waktu dirinya masih duduk di kelas 6 SD. Bayangkan? Itu pun penjuriannya terbilang kontroversial karena ia sebenarnya lebih berhak menjadi Juara 1. Hanya karena gaya tulisannya tidak mencerminkan ditulis oleh siswa kelas 6 SD sehingga dianggap dituliskan oleh orang lain. Temanya pun keren dan termasuk baru, bercerita tentang peluncuran Satelit Palapa. Tetapi hal itu tidak membuatnya berhenti menulis. Di bangku SMP, ia meningkatkan kualitas tulisannya dan berhasil menembus Majalah Femina dengan honor Rp15K, padahal saat itu harga emas masih pada angka Rp2,5K per gram. Artinya dengan honor tersebut, ia bisa membeli emas 6 gram. Selanjutnya, tulisannya makin menyebar hingga ke Majalah Hai, Gadis, dll. Sejak saat itulah, ia betul-betul yakin bahwa menulis adalah jalan hidupnya.

Yup, tulisan ini memang tidak lagi bercerita tentang Tebing Karaton karena sosok itu sudah pernah menuliskannya di Langkah Panjang ke Tebing Karaton. Tiga paragraf di awal hanya sebagai prolog saja, sebagai pelengkap. Biar seru, gitu. Sesuai dengan judulnya, maka tulisan ini akan berisi tentang Tips Menulis Berita Ala Pepih Nugraha. Siapa Pepih? Kalau berbicara tentang Kompasiana maka nama itu tidak bisa dipisahkan karena ialah pendirinya. Wartawan senior Kompas itu sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam menulis, begitu juga dalam mengelola komunitas. Masa kecilnya saja sudah begitu hebat, dan kini kiprahnya lebih banyak difokuskan pada pembinaan agar lebih banyak lagi masyarakat yang mau menulis dan menyebarkannya. Salah satunya adalah melalui Kompasiana.

"Untuk menulis yang bersifat spiritual, asah dulu jiwa kita. Kosongkan hati dari sifat iri dan dengki, baru diisi dengan semua kebaikan," ujar Kang Pepih sambil tersenyum. Sederhana. Itulah yang disampaikan saat menjelaskan bagaimana kalau seseorang ingin fokus menulis tentang tema spiritual. Sosok itu masih ingat benar bagaimana pertemuan pertama kalinya dengan Kang Pepih. Saat itu bersamaan dengan promo novel 'Negeri 5 Menara' di Bandung, Maret 2013, ia mengatakan bahwa menulis itu harus dari suara hati. Suara hatilah yang berperan utama dalam proses kreatif menulis, termasuk menulis fiksi seperti cerita pendek (cerpen) atau novel. Kang Pepih memang begitu menyukai fiksi.

Menulis berita atau artikel pada dasarnya bisa diambil dari 5 (lima) jenis tulisan tapi sosok itu lebih suka dengan penyebutan sudut pandang, yaitu faktual, praktikal, intelektual, emosional, dan spiritual. Satu peristiwa bisa diceritakan dari limat sudut pandang yang berbeda. Semuanya saling menguatkan. Saling berkaitan. Faktual => Praktikal => Intelektual => Emosional => Spiritual => Faktual => Praktikal => Intelektual => Emosional ... dan seterusnya. Selalu berputar. Unsur dasar jurnalistik memang tidak boleh diabaikan, yaitu Rumus Klasik 5W1H (standar). Akan tetapi Kang Pepih menambahkan, "So What Gitu Loh?" Setelah itu apa lagi? Di sinilah perlunya pendekatan setelah peristiwa terjadi. Konsepnya adalah "The News That We Can Use", bahwa pada saat menulis, fokuskan bahwa tulisan itu bermanfaat untuk orang lain. Itulah mengapa ia melahirkan Kompasiana. Agar setiap tulisan bisa di-share. Bisa dibagi. Supaya lebih bermanfaat.[]

NB: Hatur nuhun ya, Kang Pepih atas hadiah buku "Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang". Ini jelas buku keren, apalagi sosok itu suka dengan tulisan 'Mas, Islam Itu Indah, Ya!' ... ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun