Lagi-lagi masih soal gagap tahap ketiga. Duh, gagap saja berseri begini. Yang pasti, ini masih cerita di hari Selasa, 23 Agustus 2016. Jakarta hingga Karawang telah merekam sejarah permotoran sosok itu. Seumur-umur belum pernah mengendarai motor berkopling tangan dan kaki, kecuali saat belajar dengan berseragam putih abu-abu.
Apalagi dengan cc yang lumayan besar bagi ukurannya. Dan setelah beberapa jam saja, dirinya sudah merasa nyaman dengan produk TVS tersebut, meski masih gagap. Ya, Apache RTR 200 telah mengubah pandangan hidupnya tentang motor berkopling. Oke, dia sudah bertahun-tahun pakai bebek berkopling, tapi kan hanya di kaki, bukan di tangan dan kaki. Ingat lho, tangan dan kaki nanti akan dimintai pertanggungjawaban. Apa sih?
Setelah gagap tahap pertama dan puas berkagum-kagum ria dengan Pabrik TVS di Karawang, sambil berharap bahwa salah satu produknya bisa dimiliki suatu hari nanti (berharap/berdoa/berusaha/sambil colak-colek), tim blogger Kompasiana siap-siap berkelana lagi. Namun sebelum jauh dari pintu pabrik, mereka pun malah beruntung bisa mengobrol dengan salah satu petinggi TVS.
Agak sulit juga saat berusaha memahami bahasa Inggrisnya Pak Thiyagarajan, Presdir PT TVS Motor Company Indonesia. Ya, karakter bahasa Inggris orang India memang cenderung seragam. Logat dan gerakan kepalanya begitu khas. Meski begitu, pembicaraan singkat itu menjadi tambahan ilmu sosok itu tentang dunia motor India dan dunia.
Setelah berfoto sejenak dan kemudian pamitan, tim blogger langsung menuju motor masing-masing. Masih ada jarak dan waktu yang harus dikejar, meski tidak se-hectic Jakarta-Karawang. Panas begitu menyengat. Jam bubaran pabrik terdengar, disusul oleh berbondong-bondongnya karyawan meninggalkan pabrik.
Beberapa bus yang akan mengantarkan mereka pulang ke rumah telah siap di luar halaman. Deru konvoi motor kembali menyuarakan aksinya, TVS Apache 200-180-160-Max 125-Neo XR-Rockz-Dazz meluncur keluar dari kawasan Suryacipta City of Industry. Memasuki simpang lima, langsung berbelok ke kanan, kembali memasuki Jln. Raya Peruri hingga akhirnya memasuki jalan kampung ke kiri.
Melewati beberapa perumahan penduduk, sawah, dan akhirnya berjumpa dengan Bendungan Walahar. Bendungan yang dibangun oleh Belanda di Desa Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang itu unik. Keren dan bisa dijadikan spot foto. Sayang gak ada waktu.
Perjalanan akhir di hari itu berlangsung hingga malam, dan akhirnya bisa melepaskan kelegaan setelah sampai di Giri Tirta Kahuripan, Purwakarta. Beristirahat semalaman meski pada akhirnya harus begadang demi menilai puluhan blog yang diikutsertakan di Lomba Blog Inspirasi Perjalanan Habibie 80 Tahun.
Paginya (Rabu, 24/8) sang kabut menyergap, namun tidak menunda untuk mencari kesegaran dan kebugaran fisik dengan berenang di kolam renang Giri Tirta Kahuripan. View-nya bagus tapi sayang kadar kaporitnya tinggi sehingga amat memerihkan mata, untung saja masih bisa membeli kacamata renang untuk meningkatkan kadar kenyamanan. Setelah sarapan bersama kawan-kawan seperjalanan, turing motor TVS dilanjutkan ke Jatiluhur. Jalan berkeloknya menyegarkan mata dan tangan. Udaranya juga jauh lebih segar dibanding di kota, dan sosok itu bergantian mencoba motor bebek TVS Rockz yang full music itu.
Motor TVS Apache RTR 200 secara fisik tampil gagah dan jantan. Dia sudah membuktikannya selama sehari penuh di hari pertama. Terbukti sepanjang perjalanan beberapa pasang mata selalu mencuri-curi kesempatan untuk melihat tunggangan berwarna putihnya (bukan ke orangnya). Oke, sosok itu tidak akan menceritakan detail soal spesifikasinya karena sudah banyak yang membahasnya, tinggal searching saja di mesin pencari. Suara knalpotnya merdu, tidak terlalu besar atau terlalu cempreng.
Hal ini dikarenakan ada tabung pengatur frekuensi di bagian bawah knalpot. Sama seperti musik, suara motor juga harus diatur biar terdengar merdu. Nyaman di telinga. Sehingga walau dalam keadaaan berhenti atau ngebut sekalipun tidak menghasilkan polusi suara yang amat mengganggu. Ingat! Ini kendaraan bermotor yang terus membuang polusi udara, jadi jangan sampai menghambur-hamburkan polusi lainnya. Manusia kan ingin hidup nyaman di Bumi tercinta ini #eaaa