Jarum di jam dinding makin mendekati pukul 10.00 sementara sosok itu masih saja berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Hatinya semakin gelisah mengingat undangan Kompasiana Blogshop Negeri 5 Menara (N5M) yang disponsori oleh iB Perbankan Syariah di Gedung Bank Indonesia (BI), Bandung, pada hari Sabtu (10/3) dimulai pukul 10.00 dan para undangan diharapkan hadir satu jam sebelumnya. Pada akhirnya, setelah semua pekerjaan beres dan menanggung beberapa PR untuk diselesaikan di rumah, sosok itu pun langsung melajukan spidinya, yaitu kereta angin yang telah menjadi teman hidupnya di jalan raya sejak 2005. Cuaca Bandung yang makin memanas menjelang siang dan juga kecepatan angin yang entah mengapa meningkat, sedikit memberatkan gowesan sosok itu. Akan tetapi semua itu bukan halangan berarti baginya agar bisa hadir di Gedung BI tanpa harus kehilangan momen di awal acara. Alhamdulillah, sosok itu pun berhasil sampai di tempat tujuan meski sudah terlambat setengah jam, dan untungnya acara belum dimulai secara resmi. Sambil menghilangkan rasa panas di badan setelah bersepeda dan juga mengeringkan keringat, sosok itu pun segera menemui dua gadis cantik berbaju orange untuk mendaftar ulang dan mendapatkan goodie bag. Tak hanya itu, dia pun juga turut menandatangani x-banner yang tersedia di samping meja pendaftaran, sekaligus mengambil beberapa makanan kecil coffee break dan memasuki ruangan #BlogshopN5M yang bernuansa eksklusif.
Sosok itu mengambil tempat paling depan bersama Erfano Nalakiano dan Achmad Siddik, dua orang kompasianer dari Bogor, setelah menyapa kawan-kawan Forum Hijau Bandung (FHB) di meja tengah seperti Teh Anil, Rahyang Nusantara, dan Bu Maria. Sambil berbincang ala kadarnya, sosok itu pun memeriksa goodie bag miliknya. Satu tas bermotif batik persembahan iB Perbankan Syariah terlihat amat cantik, begitu pula dengan kaos putih Kompasiana Blogshop N5M dan notes kecil. Sayang, tidak ada ballpoint pendamping notes yang biasanya tersedia sebagai pendamping. Setelah mencicipi lemper dan teh hangat bercampur krim, sang MC yang berpenampilan menarik pun membuka acara.
Acara Kompasiana Blogshop N5M yang bertema “Creative Writing” dibuka oleh Bapak Panca Hadi Suryatno selaku perwakilan iB Perbankan Syariah. Pak Panca yang menjabat sebagai Analisis Bank Madya Senior dalam Tim Pengembangan Produk dan Edukasi Direktorat Perbankan Syariah ini menyebutkan kebanggaannya bisa bekerja sama dengan Kompasiana dalam penyelenggaraan blogshop ini. Film N5M, meski tersirat, disebutkan memiliki ruh perbankan syariah. Dan semoga, dari acara ini akan lahir penulis-penulis lainnya yang lebih hebat.
Pembicara pertama yang dihadirkan adalah perwakilan dari pihak Kompas, yaitu
Eko Hendrawan Sofyan (pemegang rubrik Entertainment di Kompas.com). Kang Eko yang asli Bandung tetapi harus mencari nafkah di Jakarta ini berbagi tentang pengalamannya menerbitkan buku
WSDK, Tubuhku, Senjataku (Grasindo, 2011). WSDK adalah akronim dari
Woman Self Defense of Kushin Ryu, yaitu teknik beladiri praktis untuk perempuan masa kini yang gerakan dasarnya sendiri mengambil dari aliran karate Kushin Ryu. Karateka yang pernah menjuarai
Best of the Best Karate Do Piala Rudini pada 1994 ini mengatakan bahwa tujuannya menuliskan buku WSDK adalah untuk memperkenalkan teknik beladiri praktis untuk perempuan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kaum perempuan, agar mampu melindungi dirinya dengan cara sederhana.
Dalam proses kreatifnya menulis buku, Kang Eko juga menemui beberapa hambatan seperti keterbatasan waktu, keterbatasan finansial, hambatan dari diri sendiri, dan juga rasa malas, ragu, tidak yakin, atau bahkan takut dicemooh. Namun, semua itu tidak membuatnya berhenti begitu saja. Beberapa kuncinya adalah dengan motivasi diri seperti masalah niat, konsistensi, dan juga fokus. WSDK sendiri memiliki slogan “lembut bukan berarti lemah, dalam kelembutan tersimpan kekuatan”. Artinya, dengan peralatan seadanya, perempuan bisa melindungi dirinya sendiri hanya dengan menggunakan kartu ATM, payung, HP, lipstik, kuku atau bagian tubuh lainnya, dan berbagai benda sederhana yang sedang dipegangnya. Meski pada penjelasan berikutnya Kang Eko lebih fokus menjelaskan tentang teknik WSDK seperti bahwa jurus pamungkas beladiri itu terletak pada kepekaan membaca situasi, daripada menjelaskan tentang bagaimana proses menulis bukunya, namun apa yang ditampilkannya pada acara Kompasiana #BlogshopN5M ini tetap menarik. Terbukti
Uni Rani Silvia, salah satu kompasianer yang jauh-jauh dari Padang mau ke depan untuk membuktikannya sendiri. Apalagi, acara juga dilanjutkan dengan pembagian dua tiket gratis nonton di Studio 21/XXI persembahan dari Kompas untuk dua undangan yang mau mempraktikan teknik WSDK di depan.
Pukul 12 lebih sedikit untuk sesi pertama pun selesai. Sosok itu sendiri langsung menuju ke Masjid Baiturrahman yang terletak di lantai 1 Gedung BI. Meski di dalam gedung, masjid ini terlihat dan terasa nyaman, dengan kamar mandi dan tempat wudhu yang amat bersih. Selesai shalat Dzuhur, sosok itu segera mengikuti para kompasianer untuk mengantri makan siang yang telah disediakan. Menu sayur dengan ayam goreng, perkedel jagung, dan tempe pun segera mengisi perut yang memang minta diisi. Menjelang sesi kedua dimulai, sosok itu sempat menyapa
A. Fuadi (penulis N5M dan Ranah 3 Warna) yang dipanggilnya dengan sebutan Anwar. Jujur saja, namanya begitu lekat dengan aktor sinetron sehingga terjadi penyebutan yang apa adanya itu, padahal nama sebenarnya adalah Ahmad Fuadi. Sayang, sosok itu lupa untuk berfoto bersama. Sang MC yang tidak diketahui namanya tak lama kemudian membuka sesi kedua saat sosok itu telah duduk di kursinya semula. Tak dinyana, ternyata Bang Fuadi yang langsung mengisi sesi selanjutnya. Ia pun langsung membukanya dengan rekaman singkat perjalanan hidupnya, mulai dari kampung halamannya di Nagari Bayur, menempuh pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor dan juga berkuliah di Bandung, hingga bisa berkeliling dunia seperti ke Rusia, Cina, Perancis, Spanyol, dan lain-lain. Penerima 8 beasiswa ini pun menyebutkan kata manteranya, yaitu
man jadda wajada, bahwa siapa yang mau bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Bang Fuadi lalu melanjutkan dengan mengutip kata-kata Harvey Chapman, mengapa Anda menulis novel. Di sinilah ia menjelaskan dan menerangkan alasannya menulis novel. Ada tiga hal yang pada akhirnya menjadi rumusan baku saat menulis N5M, yaitu
to understand,
to be entertained, dan
to escape. Bang Fuadi juga tidak lupa mengatakan dengan nada menggeletik bahwa menulis adalah sebagai obat awet muda. Hal ini dikarenakan bahwa tulisan atau buku tidak akan pernah mati, tetapi akan selalu ada meski penulisnya sendiri mungkin telah tiada. Proses menulisnya sendiri masih tetap menggunakan rumus 5W+1H seperti yang pernah didapatkannya semasa menjadi wartawan Tempo, tetapi ia hanya menyebutkan 3W+1H saja, yaitu Why, What, How, dan When. ‘Why’ adalah dengan meluruskan niat, untuk apa ia menulis. Dan mantera lainya yang ia terapkan adalah manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain. ‘What’ adalah menuliskan apa yang kita ketahui, alami sendiri, dan merasakannya. ‘How’ adalah pencarian bahan-bahan melalui proses riset yang tidak sederhana seperti melihat kembali
catatan harian, surat, foto, dan juga membaca buku-buku referensi. Sedangkan ‘When’ adalah mencicil tulisan setiap hari. Slogan sederhananya adalah sedikit demi sedikit lama-lama jadi buku.
Sungguh beruntung bagi sosok itu karena pada sesi ini dia mendapatkan tiket gratis dari Bang Fuadi karena berhasil menyebutkan 4 menara yang terdapat di kaver buku N5M. Lima menara itu adalah simbol dari enam sahabat yang sedang menempuh pendidikan di Gontor tentang cita-cita dan impian mereka, dimana keenamnya sering nongkrong di atas menara masjid menjelang maghrib dan menyaksikan awan-awan merah berarak yang seperti membentuk benua-benua. Pada sesi ketiga yang menjadi sesi terakhir menghadirkan
Pepih Nugraha yang merupakan pendiri Kompasiana. Wartawan senior Harian Kompas dan Redaktur Pelaksana KOMPAS.com yang mengaku berasal dari Tasikmalaya ini mengatakan bahwa menulis itu harus dari suara hati. Suara hatilah yang berperan utama dalam proses kreatif menulis, termasuk menulis fiksi seperti cerita pendek (cerpen) atau novel. Kang Pepih memang begitu menyukai fiksi sehingga dalam paparannya banyak disebutkan beberapa cerpenis/novelis seperti Seno Gumira Ajidarma, Ahmad Tohari, Umar Khayam, Pramoedya Ananta Toer, dan beberapa karya-karya mereka.
Di sesi ini pula sosok itu mendapatkan keberuntungan dari Kang Pepih berupa tiket gratis kembali karena dapat menyebutkan empat unsur penting dalam sebuah cerita seperti tokoh/karakter, alur/plot, latar/
setting, dan konflik. Padahal konflik bukan merupakan unsur pembangun cerita, melainkan bumbu pada cerita yang menjadi bagian dari alur. Unsur lainnya yang ketinggalan disebutkan sosok itu adalah tema/amanat dan sudut pandang/
point of view. Inilah buah keberuntungan yang didapat oleh sosok itu meski sedikit meleset. [caption id="attachment_167697" align="aligncenter" width="480" caption="Foto oleh Bu Maria"]
[/caption] Alhamdulillah, acara Kompasiana Blogshop N5M di Bandung pun selesai dengan sangat luar biasa menjelang pukul 17.00, baik dari susunan acara, kesiapan panitia, pembicara, maupun para kompasianer yang hadir. Para kompasianer ini tidak hanya berasal dari Bandung tetapi ada juga yang datang dari Padang, Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, dan beberapa kota lainnya. Keberuntungan juga didapatkan
Teh Okti dari Cianjur yang berhasil mendapatkan sebuah HP pada ajang
live tweet dengan
hashtag #BlogshopN5M. Dan foto-foto bersama di panggung pada akhirnya menutup blogshop ini dengan manis. Perlu diketahui bahwa acara Kompasiana Blogshop N5M tidak hanya diadakan di Bandung saja. Insya Allah nanti juga akan mengunjungi kota Surabaya (17/3) dan Makassar (31/3). Jadi, persiapkan diri Anda untuk dua kota berikutnya.[]
Sumber Foto: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya