Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Khalifah Umar Menyikapi Keberagaman dengan Baik

30 Mei 2019   23:25 Diperbarui: 30 Mei 2019   23:44 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kisah lain, Umar sedang berjalan-jalan memeriksa wilayahnya. Hingga kemudian pada sebuah pintu didapatinya seorang pengemis yang telah tua dan rabun pandangannya. Umar lalu menepuk pundaknya dari belakang seraya bertanya, "Dari kalangan ahli kitab mana engkau ini?" Ia menjawab, "Yahudi." Umar bertanya lagi, "Apa yang mendorongmu melakukan seperti apa yang aku saksikan?"

Yahudi yang buta itu menjawab, "Aku sedang mencari penghasilan untuk kebutuhan hidup saya dan juga untuk membayar jizyah." Umar menarik napas panjang, lalu menggamit tangannya dan membawa ke rumahnya. Di sana pengemis Yahudi itu diberi sesuatu yang ada di rumahnya. Selanjutnya Umar membawanya kepada penanggung jawab baitul mal.

Katanya, "Lihatlah orang tua ini. Demi Allah, kita telah berbuat tidak adil bila kita memakan masa mudanya lalu menyia-nyiakannya sesudah ia menjadi tua. Sesungguhnya sedekah itu untuk orang-orang fakir dan miskin. Kakek ini adalah salah satu dari orang-orang miskin dari ahli kitab." Kemudian Umar pun memutuskan agar pengemis Yahudi itu dibebaskan dari kewajiban jizyah.

Sosok itu tidak akan berpanjang lebar tentang bagaimana menyikapi keberagaman (terutama dalam beragama) di Indonesia. Cukuplah melihat bagaimana keteladanan Umar bin Khattab di atas sebagai media pembelajaran. Islam adalah agama rahmatan lil'alamin. Rasulullah saw. dan para sahabat yang menjadi khalifah setelahnya sudah memberikan teladan yang paripurna bagaimana menyikapi keberagaman.

Jika semua itu dijalankan dengan baik dan tanpa persepsi yang salah, percayalah bahwa Indonesia akan menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghafur, negeri yang subur-makmur-adil-aman dan insya Allah bakal dikaruniai keberkahan. Bukan negeri yang saling menghujat, tidak percaya, dan lain sebagainya. Percayalah bahwa Ramadan kali ini akan lebih semarak dengan penutup kebahagiaan di hari Lebaran.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun