Aa Gym pernah menulis dalam buku sakunya bahwa bergaul yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati dan penuh keikhlasan. Pergaulan seperti inilah yang akan terasa indah dan menyenangkan. Beliau kemudian merumuskan bahwa seni menata hati dalam bergaul itu cukup dengan 3 A. Apakah itu? Yaitu, aku bukan ancaman bagimu, aku menyenangkan bagimu, dan aku bermanfaat bagimu. Sederhana.
Meski sederhana, tetapi pada kenyataannya susah untuk dipraktikkan. Apalagi zaman sekarang, pergaulan tidak lagi harus fisik bertemu fisik atau muka bertemu muka, karena sudah merambah pada dunia maya. Meski berjarak antarkota atau bahkan antarnegara, pergaulan bisa terjadi dan nyata adanya. Lewat media sosial, siapapun bisa bergaul dan berkomunikasi. Dan menjaganya ... jauh lebih sulit lagi.
Sosok itu benar-benar harus mengelus dada saat membaca beberapa status kawan-kawan dan komentar-komentar yang berseliweran di sana, terutama jika berkaitan dengan pilihan politik. Berbulan-bulan lamanya hati ini seperti diaduk-aduk karena bahasa yang dibacanya tidak begitu layak. Informasi-informasi yang tersaji di beberapa media sosial juga membingungkan, mana yang benar dan mana yang salah.
Untunglah memasuki Bulan Ramadhan, ujaran kebencian dan permusuhan makin berkurang. Mungkin juga diakibatkan bahwa pemilu telah usai dilaksanakan. Meski begitu, masalah tersebut ternyata bukan berarti tidak ada. Hanya berkurang saja intensitasnya. Media sosial memang memudahkan manusia untuk saling berinteraksi, tetapi mudahnya mengetik, ternyata tidak membuat manusia untuk dapat menjaga hatinya.
5 TIPS MENJAGA HATI DI MEDIA SOSIAL
Lalu bagaimana caranya agar bisa menjaga hati selama bermain di media sosial ini? Kalau bisa sih ya selama sebulan penuh. Sederhana saja. Sosok itu hanya menyarikan apa yang didapatkannya dari ilmu Aa Gym di atas. Dia merumuskannya menjadi 5B, agar mudah mengingatnya saja. Insya Allah kalau konsisten menjalankannya, dijamin media sosial miliknya akan bersih dari caci maki dan kata-kata permusuhan.
1. Batasi Membaca Status
Semua masalah bermula dari apa yang dibaca dan dilihat. Status yang harus diwaspadai adalah status yang mengundang kontroversi, membuat kubu pro dan kontra. Bagi beberapa orang, status adalah hal yang 'no big deal'. Akan tetapi tidak semua orang seperti itu, sebagian besar malah menganggap status adalah sesuatu yang penting. Sesuatu yang pribadi. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam mengomentari status.
Sebisa mungkin hindari penghinaan dan ikut campur urusan pribadi. Jangan mentang-mentang sudah merasa berteman di dunia maya, seseorang bisa merasa sok tahu akan kehidupan nyatanya. Jagalah hati. Setiap orang itu memiliki urusan pribadi yang bisa sangat sensitif. Jangan pula membandingkan dan merusak kebahagiaannya. Benar-benar harus bijak saat membaca status orang.
2. Berbagi Informasi yang Bermanfaat
Media sosial adalah media untuk berbagi. Media pergaulan yang sudah menggunakan teknologi bernama internet. Alatnya sendiri sudah dimiliki oleh hampir semua orang di Indonesia, bahkan hingga ke pelosok desa. Asal ada smartphone dan jaringan internet, semua orang sudah bisa terhubung dengan medsos. Siapapun bisa membaca dan berkomentar di sana. Oleh karena itu, lebih baik berbagi informasi yang bermanfaat.
Sama seperti berhadapan dengan orang lain saat bertemu muka langsung, berusahalah menampilkan status seperti halnya diri kita ingin dianggap ramah oleh orang lain. Senyum yang tidak pernah sirna, bahasa yang halus dan sopan, dan cara penyampaian yang benar. Oleh karena itu, tulislah status yang benar-benar memperhatikan tiga hal tersebut, sehingga orang lain akan merasa tentram dan damai.
Setelah itu, sebarkanlah informasi yang benar adanya (bukan hoax). Sesuai dengan fakta, tanpa ditambahi atau dikurangi, disajikan dengan baik, dan tanpa memprovokasi. Berita benar dan baik kalau disampaikan dengan cara yang tidak baik tentu akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Usahakanlah baik semuanya. Toh kebaikan itulah yang akan menjadi ladang pahala kita di Bulan Ramadan ini.
3. Berusaha untuk Tidak Terpancing
Terpancing pada hal apa? Tentu saja terpancing untuk berkomentar negatif. Itulah mengapa saat membuka media sosial diusahakan saat hati dan jiwa dalam keadaan stabil dan tenang. Bagi seorang Muslim, mungkin bisa jadi masih memiliki air wudhu, karena percayalah bahwa air itu mendinginkan dan menyegarkan syaraf di otak. Baca semua informasi yang tersaji di medsos dengan hati tenang. Selalu cek dan ricek.
Islam mengajarkan jika seorang Muslim berada dalam keadaan marah, maka segeralah berta'awudz dan diam. Ta'awudz adalah doa agar dijauhkan dari godaan setan dan diam adalah cara terbaik agar tidak menyakiti orang lain. Kalau tidak bisa ikuti petunjuk hadits ini, "Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah."
Tidak ada hal baik bagi seseorang saat sedang marah. Menahan marah, baik dalam kehidupan nyata maupun dalam kehidupan maya (di media sosial), adalah lebih baik. Tidak terpancing untuk mengetikkan kata-kata yang menyakiti. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Allah akan memanggil orang yang mampu menahan marah pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan. Subhanallah.
4. Banyak Membaca Al-Quran
Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Bulan penuh kebaikan. Bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah secara mandiri. Okelah bahwa shalat tarawih dan shalat wajib harus dilaksanakan secara berjamaah, tetapi puasa adalah ibadah mandiri. Ibadah yang hanya diketahui secara individual. Begitu pula dengan membaca Al-Quran. Target khatam selama sebulan tentu harus diterapkan.
Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang paling agung dan akan terus nampak hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir dan takakan pernah terputus. Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing seorang Muslim menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang menjadikannya imam, akan selamat dengan izin Allah. Nah, perbanyaklah membaca Al-Quran daripada membuka medsos.