Seorang mayat ditemukan di dalam sebuah mobil bekas. Ia adalah seorang wanita separuh baya dengan kondisi pakaian yang lusuh. Dua kantung plastik besar berada di sisinya. Beberapa polisi menyebar menyesuaikan tugasnya masing-masing. Salah seorang polisi mengambil satu kantong plastik dan membukanya. Matanya membelalak. Ia pun segera membuka kantong plastik satunya lagi, dan ternyata isinya sama.
Bergegas ia berlari dan menemui atasannya. Tanpa butuh penjelasan panjang lebar, atasannya segera berlari dan ingin melihat apa isi dari dua kantong plastik tersebut. Tidak salah. Di sana ditemukan banyak sekali uang dengan berbagai pecahan. Tidak hanya itu, di sana juga terdapat buku tabungan atas nama Fatima Othman. Taklama, petugas forensik langsung mengangkut mayat tersebut untuk diotopsi.
Fatima adalah seorang pengemis di Beirut, Lebanon. Ia meninggal karena serangan jantung. Jumlah uang yang ditemukan di dalam dua kantong plastiknya berjumlah sekira 46,2 juta rupiah. Yang tidak kalah mengejutkan, jumlah uang yang tercatat dalam buku tabungannya adalah 15,4 miliar rupiah. Tidak ada yang menyangka bahwa di Lebanon ada seorang pengemis yang hidup dari meminta-minta tetapi memiliki kekayaan luar biasa.
Sosok itu mengurut kepalanya yang mendadak pusing. Dirinya sendiri begitu sulit memenuhi kebutuhan keluarganya di Bandung. Pernah bekerja kantoran sebagai seorang desainer, hingga kemudian memutuskan untuk menjadi seorang penulis secara utuh. Hidup ini tidak begitu mudah, memang. Di satu sisi dia begitu kesulitan mencari uang, tetapi di belahan bumi lain, ada seorang pengemis yang banyak uang.
Koran yang ada di tangannya kemudian diletakkan di atas meja. Baru saja dia membaca bahwa di Indonesia juga ada pengemis kaya. Legiman yang mengaku dari Pati memiliki tabungan dengan jumlah 1 miliar rupiah. Rumahnya di Margorejo diperkirakan bernilai 250 juta rupiah dan juga sebidang tanah bernilai 275 juta rupiah. Silakan melotot, padahal Legiman seorang pengemis yang biasa mangkal di Kawasan Simpang Lima Pati.
Legiman mengakui bahwa sebagai seorang pengemis, sehari-hari ia biasa mendapatkan penghasilan sebesar satu juta rupiah. Bukan jumlah yang kecil. Pada hari ia ditangkap oleh razia Satpol PP, uang yang ada di kantong plastiknya berjumlah 695.000 rupiah. Padahal seminggu sebelumnya ia juga dirazia dan terbukti sedang memegang uang 1.043.000 rupiah. "Tadi hujan, jadi sepi," kata Legiman polos.
BEBERAPA JENIS PENGEMIS DAN PERMASALAHANNYA
Minta-minta atau mengemis memang identik dengan penampilan pakaian serba kumal, yang dijadikan sarana untuk mengungkapkan bahwa mereka itu miskin dan butuh dibantu. Modalnya dengan mengulurkan tangan, duduk di salah satu trotoar jalan. Atau bisa juga memperlihat beberapa anggota tubuhnya yang tidak sempurna, sehingga mengundang iba agar orang lain dengan sukarela memberikan uang kepada mereka.
Wajar jika memang para pengemis itu adalah orang yang benar-benar tidak berdaya. Misalnya saja karena faktor ketidakberdayaan atau kefakiran sementara mereka sendiri tidak memiliki keterampilan atau keahlian khusus. Atau bisa jadi ada faktor kesulitan ekonomi yang menghadang secara tiba-tiba. Kerugian harta cukup besar seperti terkena musibah bencana (alam) atau pedagang yang pailit (bangkrut). Semua itu masih dianggap wajar.
Kelompok pengemis tersebut adalah orang yang benar-benar membutuhkan bantuan. Mereka benar-benar dalam keadaan menderita, kesulitan mencari makan sehari-hari. Mereka masih memiliki harga diri dan ingin menjaga kehormatannya, tetapi mereka sudah tidak memiliki jalan keluarnya. Mereka merasa malu menjadi pengemis, tetapi mereka terpaksa. Jika sudah terpenuhi, biasanya mereka tidak mengemis lagi.
Namun di luar itu, juga ada kelompok yang memanfaatkan keadaan. Contohnya adalah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, baik yang di Lebanon maupun di Pati. Mereka inilah kelompok pengemis gadungan yang pintar memainkan sandiwara dan tipu muslihat. Mereka mengetahui rahasia-rahasia dan trik-trik mengemis. Kelompok inilah yang harus diwaspadai dan jangan diberi sedekah.