Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Munggahan Menjelang Ramadan di Bandung

9 Mei 2019   23:28 Diperbarui: 10 Mei 2019   00:17 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TRADISI MUNGGAHAN BAGI MASYARAKAT BANDUNG
Tidak ada lagi perbedaan kasta saat munggahan. Derajat kemanusiaannya menjadi setara. Islam mengajarkan bahwa manusia itu sederajat, yang membedakannya adalah iman. Sebelumnya, semua anggota keluarga itu mandi di curug, lalu saling memaafkan. Jangan sampai ada hati yang ternoda. Barulah bisa makan bersama.

Dari sejarah yang begitu panjang tersebut dan tidak diketahui dimulai dari zaman kapan, 'munggahan' seolah telah menyatu dengan hati orang-orang Sunda, termasuk di Bandung. Semua keluarga, semua komunitas, semua paguyuban, semua kelompok, kemudian menggelar acara munggahan menjelang Bulan Ramadan.

Tidak peduli tempatnya ... di taman, di kebon, di desa, di kota, di saung pesawahan, atau di hotel sekalipun, selalu berlangsung acara 'munggahan' yang begitu meriah, ramai, dan penuh canda. Penuh dengan keakraban dan kekeluargaan. Tidak ada istilah orang penting, orang kaya, orang sukses, atau apapun. Semua sama.

Makan bersama dengan cara duduk bersila atau nyamannya bagaimana. Mengambil makanan yang tersedia di atas daun pisang, lalu menyuapkannya ke mulut dengan menggunakan tangan. Tidak ada sendok atau alat makan lainnya. Jangan ada jarak. Makanannya sama. Kenyangnya pun sama. Sambil bercerita apa saja.

Sosok itu bahagia bisa menjadi bagian dari tradisi 'munggahan' itu. Bersama komunitas pesepeda, bersama komunitas lari, bersama komunitas blogger, termasuk dengan keluarganya sendiri. Dia bisa tersenyum lebar saat munggahan karena biasanya tidak ada makanan yang mubazir. Semua bakal habis tanpa tersisa.

Setelah itu, saat masuk Bulan Ramadan, semua anggota keluarga benar-benar khusyuk dan fokus untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya. Menambah ibadah shalat yang mungkin awalnya hanya wajib saja, ditambah dengan yang sunah. Menambah bacaan Al-Qurannya. Berusaha memanen pahala.

Berharap bahwa saat di penghujung Ramadan nanti, keimanannya benar-benar sudah naik. Amin.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun