Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Regenerasi Klub Sepakbola: Antara Proses, Gagal, dan Kejayaan

7 Oktober 2022   08:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   08:03 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://ligalaga.id/kick-off/analisis/regenerasi-yang-terputus-di-tim-nasional-belanda )

Pernahkah anda mendengar tentang runtuhnya hegemoni negara Uni Soviet yang terjadi sekitar tahun 1991? Jika kita membaca dan mengingat sejenak tentang sejarah tersebut mungkin kita akan melihat awal mula gagahnya negara Uni Soviet yang mulai berdiri sekitar tahun 1917. 

Dengan mengedapankan gerakan komunis serta dipimpin oleh seorang pemimpin pertama yang revolusioner bernama Vladimir Lenin, Uni Soviet berhasil menancapkan pondasi kuat demi terciptanya suatu bangsa dan negara yang besar baik secara nama maupun sistem negara itu sendiri. Akan tetapi, seiring berputarnya waktu serta pergantian pemimpin dan ditambah lagi dengan keadaan zaman yang kian modern justru membuat negara Uni Soviet harus menghadapi banyak masalah yang sewaktu-waktu dapat membubarkan negara Uni Soviet itu sendiri. 

Pada akhirnya tepat pada 1991 Uni Soviet pun bubar dan resmi terpecah menjadi beberapa negara yang memiliki otonomi khusus masing-masing. Setelah itu Uni Soviet hanyalah nama dan tercatat sebagai tulisan sejarah yang hanya dapat dipelajari di buku sejarah atau Wikipedia.

Jika bangsa sebesar Uni Soviet saja dapat bubar hanya karena kekalahan dalam perang dingin melawan Amerika, lantas apakah kekalahan atau runtuhnya masa kejayaan yang dialami Uni Soviet dapat terjadi pula dan dialami oleh klub sepakbola? 

Jawabannya adalah ya bisa. Klub sepakbola itu jika kita analogikan tak ubah layaknya seperti sebuah negara. Diisi oleh para manusia, memiliki masa produktif dan masa tua, memiliki inovasi dan ambisi, mempunyai keterbatasan di berbagai sisi, dan tak selamanya dapat bertahan. Prestasi yang ditorehkan klub atau pemain klub sepakbola dalam beberapa tahun kian lama akan tergantikan dan tak jarang akan menemukan kegagalan. Itulah mengapa regenerasi perlu diadakan dalam suatu klub sepakbola. Tujuannya tentu tak lain hanya sekedar mempertahankan dan meraih banyak gelar juara. Melainkan agar klub tersebut dapat terus eksis dan bertahan selama mungkin.   

Regenerasi sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh sebuah klub  dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan pemain muda berbakat untuk suatu saat dapat dijadikan sebagai generasi penerus dari generasi terdahulu yang telah menorehkan banyak prestasi. Akan tetapi, tak selamanya regenerasi yang dilakukan oleh suatu klub sepakbola dapat mengantarkan kepada keberhasilan dalam waktu yang singkat. Berikut ini akan disajikan beberapa klub sepakbola yang telah melakukan regenerasi dari masa ke masa. 

FC Barcelona           

(https://www.bola.net/spanyol/mengenang-era-terbaik-barcelona-2008-12-ternyata-bukan-guardiola-yang-temukan-tiki-taka-e4f393.html)
(https://www.bola.net/spanyol/mengenang-era-terbaik-barcelona-2008-12-ternyata-bukan-guardiola-yang-temukan-tiki-taka-e4f393.html)

Barcelona mungkin menjadi salah satu klub yang secara tidak langsung harus merasakan fase regenerasi klub sepakbola. Jika kita sebagai penggemar Barcelona, mungkin kita akan begitu familiar dengan generasi emas Blaugrana di tahun 2009 hingga 2015 kala mereka mampu menorehkan banyak prestasi di tangan pelatih Joseph Guardiola dan Luis Enrique. Akan tetapi, setelah tahun 2015 Barcelona harus merasakan tertatihnya klub dalam misi meraih kembali kesuksesan baik dalam kompetisi domestik maupun eropa. Bahkan hingga saat ini, Barcelona yang telah ditinggalkan para pemain bintang termasuk Lionel Messi harus berjuang dengan para pemain era baru yang berusia muda seperti Gavi, Pedri, hingga Ronald Araujo demi dapat kembali meraih kesuksesaan di tangan pelatih baru Xavi Hernandez.

Arsenal

(https://www.goal.com/id/berita/covid-19-arsenal-batalkan-tur-pramusim-ke-amerika-serikat/84jqfix7k1tq1fgy4lj1nlx2h)
(https://www.goal.com/id/berita/covid-19-arsenal-batalkan-tur-pramusim-ke-amerika-serikat/84jqfix7k1tq1fgy4lj1nlx2h)

Klub asal London tersebut mungkin juga telah menjadi bagian dari apa yang dimaksud dengan era regenerasi klub dalam sepakbola. Tentu kita mengenal Arsenal yang begitu perkasa di era Thiery Henry di tahun 2004 hingga 2006. Bahkan setelahnya pun di era Alexis Shancez dan Mesut Ozil, Arsenal masih mampu menunjukkan kualitas luar biasa demi memberikan persaingan dalam perburuan gelar juara. Namun, Arsenal di era Wenger yang lalu agaknya sudah jauh berbeda jika kita bandingkan dengan era Mikel Arteta saat ini. 

Arsenal era Arteta saat ini lebih mengandalkan kualitas para pemain muda dalam misi menyusun dan membangun kembali era kejayaan klub yang telah lama runtuh. Arsenal saat ini lebih mengandalkan pemain-pemain jebolan akademi dan rekrutan muda macam Bukayo Saka, Gabriel Martineli, Martin Odegaard, Gabriel Jesus, hingga Emile Smithe Row demi bisa menjaga asa meraih gelar Liga Inggris. Kini setidaknya hingga pekan ke-8 Liga Inggris, Arsenal masih mampu bertahan di puncak klasemen Liga dengan hanya menelan 1 kekalahan dan meraih 7 kali kemenangan. 

Real Madrid

(https://www.bola.net/champions/sempurna-8-kali-main-di-final-era-liga-champions-real-madrid-8-kali-juara-1b5b80.html)
(https://www.bola.net/champions/sempurna-8-kali-main-di-final-era-liga-champions-real-madrid-8-kali-juara-1b5b80.html)

Real Madrid menjadi salah satu klub yang berhasil mengorbitkan rekrutan pemain muda demi mencapai keberhasilan di masa depan. Salah satunya adalah saat Real Madrid era Carlo Ancelotti di tahun 2022 berhasil meraih kesuksesan dengan menjuarai Liga Champions Eropa dan Liga Spanyol dengan mengandalkan pemain-pemain muda macam Vinicius Junior, Ferland Mendy, Eder Militao, Eduard Camavinga, Fede Valverde, hingga Marco Asensio. Itu menjadi sebuah kebijakan yang baik diambil oleh manajemen klub dalam memenuhi kebutuhan belanja pemain agar lebih efektif. Walau sempat mengalami panceklik gelar pasca era emas Real Madrid di tangan Zidane, kini Real Madrid telah berubah menjadi salah satu klub raksasa yang mampu konsisten dengan mengandalkan peran pemain muda berbakat yang dimilikinya.

AC Milan

(https://bola.kompas.com/read/2022/06/01/21200088/resmi-redbird-capital-partners-jadi-pemilik-baru-ac-milan?page=all)
(https://bola.kompas.com/read/2022/06/01/21200088/resmi-redbird-capital-partners-jadi-pemilik-baru-ac-milan?page=all)

AC Milan adalah salah satu klub eropa asal Italia yang memiliki sejarah kesuksesan terbesar dalam kompetisi benua biru. Salah satu yang paling diingat adalah  AC Milan era Carlo Ancelotti pada tahun 2007 mampu menjadi juara Liga Champions dengan barisan para pemain gaek seperti Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Cafu, Nelson Dida, Genaro Gatusso, Filipho Inzaghi, hingga Andrea Pirlo telah mampu menjawab keraguan bahwa pemain tua tak akan mampu berbicara banyak dalam kompetisi sekaliber Liga Champions. 

Namun era Stefano Pioli, AC Milan telah banyak berubah. Milan yang kita kenal dahulu dengan barisan para pemain uzur sudah berganti menjadi Milan yang lebih konsisten mengandalkan barisan para pemain muda. Nama-nama seperti Rafael Leao, Brahim Diaz, Fukayo Tomori, Sandro Tonali, hingga Mike Maignan menjadi senjata utama Milan dalam meraih kesuksesan khususnya di Liga Italia musim lalu. Lantas apakah pemain muda tersebut dapat terus tampil konsisten?                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Itulah beberapa klub benua eropa yang sedang mengalami proses regenerasi skuad demi bisa meraih kesuksesan di masa yang akan datang. 4 Klub di atas hanya beberapa dari banyak klub yang juga tengah melakukan regenerasi skuad seperti Ajax Amsterdam, Juventus, Bayern Munchen, dan masih banyak lagi.

 
#SalamLiterasi        
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun