Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Bullying", Mengapa Perundungan Senantiasa Bersahabat dengan Dunia Pendidikan Indonesia?

22 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 22 Juli 2022   19:02 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(http://bapassolo.kemenkumham.go.id/hubungi-kami?view=article&id=682)

Maka dari itu, sang anak akan dengan mudah menirukan beragam adegan  film tersebut ke dalam kehidupan sehari semisal di  lingkungan sekolah. 

4. Pernah mengalami dan merasakan kekerasan

Anak yang terbiasa melihat bahkan mengalami peristiwa kekerasan di rumah akan lebih bersiko melakukan tindakan bully terhadap teman yang lain di sekolah. Jika kita mendapatkan anak yang melakukan bullying, jangan buru-buru menghakiminya. Cari tahu apakah mereka sedang memiliki masalah internal dengan keluarganya di rumah. Apabila itu menjadi salah satu penyebabnya, maka tugas kita selaku guru dalam mendampingi dan memberikan dukungan terhadap si  anak dalam usaha membantu anak keluar dari masalahnya.

5. Tidak percaya diri

Anak-anak yang tidak percaya diri cenderung akan melakukan bullying. Sebab, tindakan ini dapat membuat mereka merasa memilki kekuatan dan eksistensi mereka dapat diakui. Selain itu, anak-anak yang kekurangan kepercayaan diri juga cenderung berbohong mengenai kemampuan dirinya, demi menutupi rasa kurang percaya diri yang mereka miliki. 

6. Kebiasaan mengejek orang lain

Kebiasaan mengejek orang lain dinilai sebaga salah satu penyebab bullying dapat terjadi. Ejekan tersebut dapat mengarah pada penghinaan pada penampilan, kemampuan, ras, suku, budaya, dan gaya hidup orang lain. Penindasan atau risak ini dapat muncul diawali dari rasa takut atau kurangnya pemahaman terhadap lingkungan di  sekitarnya.

7. Minimnya perhatian sekolah terhadap fenomena bullying

Faktor bullying di sekolah yang tak boleh disepelekan adalah kurangnya perhatian sekolah terhadap fenomena bullying. Faktor penyebab bullying tersebut menyebabkan siswa dan siswi menganggap bahwa perbuatan bully adalah hal yang biasa sehingga mereka akan melakukannya di sekolah. Untuk mengatasi itu, dibutuhkan perhatian serta peran nyata dari sekolah khususnya oara guru dan pihak sekolah dalam hal ini dari praktisi pendidikan, pendampingan dalam hal bimbingan dan konseling melalui konselor professional agar masalah bullying dapat teratasi.

Itulah beberapa hal yang menjadi jawaban mengapa pembullyian masih marak terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semoga dari peristiwa bullying yang terjadi akhir-akhir ini dapat menjadi sebuah pembelajaran agar kita selaku guru, orang tua, saudara, pemerintah, maupun pihak-pihak bertanggungjawab lainnya agar dapat menyelesaikan permasalahan bully secara tuntas bersama-sama.

#salamliterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun